Part 62 ♥️ MARRY?

266 19 5
                                    

YEAYY!!
NGGAK TAMAT SEKARANG, YA.
wkwk

SELAMAT MENIKMATI HALU BERSAMA ALVEROSA.

🌞🌞🌞

Hari demi hari telah berlalu tanpa temu. Suasana pagi ini terlihat sangat cerah, seakan sang mentari tahu, bahwa hari ini suasana hatinya tengah baik.

Hari ini adalah hari kelulusan Vanesha, setelah beberapa tahun kuliah dan terpisah dari Vero, akhirnya ia akan bertemu juga dengannya, di hari ini.

"Happy graduation, sayang!"

Vanesha menerima dekapan Lauren dan Rehan yang memeluknya dengan sangat erat. Terlalu lama tinggal di apartemen sendiri membuat dirinya sangat merindukan kedua pasang paruh baya tersebut.

Lauren dan Rehan menghujani dahinya dengan kecupan kecil mereka. "Sekali lagi, selamat, Nak. Mama sama papa bangga sekali sama kamu," ujar Lauren seraya mengusap lembut puncak kepala Vanesha dengan sangat lembut.

"Shasya mau ngucapin terimakasih banyak sama mama dan juga papa, sudah mendidik Shasya, sampai begini."

"Sama-sama, sayang. Ya sudah, sana! Temuin temen-temen kamu itu!"

Vanesha meninggalkan Lauren dan Rehan untuk menemui teman sekaligus sahabatnya. Sudah lama sejak ia lulus SMA. Namun, mereka masih mempunyai hubungan yang baik dan masih sama akrabnya seperti dulu.

"Woy! Selamat, ya, Sya! Sarjana, nih!" ujar Zico memberi selamat dengan sangat bar-barnya, hal itu membuat Vanesha dan yang lainnya tidak bisa menahan tawanya.

"Lo udah mau nikah, masih bar-bar aja!" sela Kevan sambil melirik ke arah Alisya dengan sebelah mata yang sengaja ia kedipkan.

Vanesha sangat terkejut dengan penuturan dari Kevan, ia bahkan sudah membulatkan kedua matanya dengan sempurna dan menutup mulutnya yang hampir terbuka dengan telapak tangannya. "Seriously? Kalian mau menikah? Ih, gercep amat!" tanya Vanesha sekaligus menggoda Alisya dan Zico.

Alisya nampak sangat malu, bisa dilihat dari wajahnya yang memerah sepeti udang yang di rebus. "Eh, jangan gitu, dong! Kan, malu jadinya!" rengek Alisya seraya menutupi wajahnya.

"Kamu malu nikah sama aku, sayang?" tanya Zico dengan raut wajahnya yang dibuat seserius mungkin.

"Ih, bukan gitu!" ujar Alisya menaikan suaranya.

Masih melihat ke arah Alisya, Zico menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Terus?"

"Ih, kamu itu nggak peka banget, sih!" tegas Alisya seraya memukul pundak Zico.

"Ya, terus? Aku harus bagaimana?"

Alisya mendengus kesal. "Ih, tau, ah! Males, pikir aja sendiri!" Zico terus menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Menurutnya, memahami wanita memang sangat sulit dari pada memahami perutnya yang berbunyi.

Di sisi lain, semua teman-temannya tengah menahan gelak tawanya untuk tidak keluar begitu saja. Kedua pasangan itu memang tidak berubah sama sekali, selalu saja bertengkar karena hal kecil.

"Shasya, Vero mana?" tanya Alitta.

"Terakhir dia bilang lagi siap-siap, si."

"Ah, lama! Panas, nih! Katanya mau foto bareng," rengek Rendy seraya mengibaskan telapak tangannya.

"Lo telpon lagi, aja!" usul Alitta, Vanesha hanya mengangguk, lalu ia pamit untuk menelpon Vero.

Perasaan yang tadinya biasa saja, kini berubah menjadi khawatir. Sudah ke empat kalinya ia menelpon Vero dan tidak diangkat sama sekali. Apakah dia sedang dijalan? Atau dia ...

ALVEROSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang