Part 58 ♥️ TERIMAKASIH

220 29 2
                                    

Akhirnya, waktu yang ditunggu telah tiba. Hari ini, Vanesha akan pulang ke rumah singgahnya berada, sudah lama sekali ia tidak menginjakan diri di rumah dan kamar kesayangannya itu. Ia sangat merindukannya.

"Kakak? Masih lama nggak?"

"Sabar,"

Vanesha menghembuskan napasnya kasar, ia sudah tidak sabar untuk pulang. Namun, Kevan terus saja mengatakan kata "sabar" untuk kesekian kalinya. Menjengkelkan!

Sebenarnya, ia harus menunggu kedatangan dokter untuk memeriksanya lagi, supaya bisa dipastikan, bahwa ia pulang dengan keadaan yang sehat.

"Kak ... Kakak?" lirih Vanesha mencoba memanggil Kevan dengan hati-hati, karena ia tidak mau mengganggu Kevan yang sedang sibuk memainkan ponselnya sejak tadi, apa dia punya pacar?

"Hm?"

Vanesha berdecih pelan, kecantikannya sudah kalah telak dari benda pipih yang bernama ponsel itu, sial!

Namun, ia mencoba untuk sabar menghadapi kakak satu-satunya ini, karena ia berniat mengucapkan terimakasih, bukan mengajaknya bertengkar. Hari ini, ia akan pulang, ia harus berperilaku yang baik.

"Makasih, Kak. Makasih sudah jagain Shasya. Shasya tahu, waktu itu kondisi mama lagi nggak stabil. Jadi, kakak yang donorin darahnya buat Shasya, kan? Makasih sudah mau memberikan kesempatan sama Shasya buat bernapas kembali," ujar Vanesha tulus.

Di detik itu juga, Kevan memutar kepalanya menghadap Vanesha yang tengah tersenyum kepadanya, donor darah? Haruskah ia mengatakannya, sekarang?

"Oh, soal itu ... Ka-kakak ngg--"

Vanesha memotong ucapan Kevan dengan senyum yang masih terbit begitu jelas di bibirnya, "Pokoknya, Shasya berhutang budi sama Kakak. Jadi, kalau Kakak mau minta apapun ke Shasya, Shasya kasih! Asal jangan yang mahal-mahal, ya?"

"Ta-tapi ... itu bb--"

Brak!

Pintu terbuka sangat lebar dan terdengar begitu keras. Sial! Siapa yang berani-beraninya masuk dengan cara seperti itu?

"Hi you everybody! Babang sayang datang, mana sambutannya?" pekik lelaki muda yang sedang merenggangkan kedua tangannya ke samping, dasar gila!

Bugh!

Tepat sekali!

Merasa sangat jengah dan kesal akan sifatnya, Kevan melayangkan sebuah botol minuman yang masih terisi penuh ke kepala lelaki tersebut, "sekali lagi lo buka pintu kayak tadi, gue masukin ke kandang buaya, mau?" tegas Kevan seraya melontarkan tatapan tajam menusuknya.

"Ee-eh, sans Kakak, bercanda Kakak, maafkan saya Kakak," ujarnya dengan cengiran kuda yang melekat di gigi kelincinya.

"Shasya! I miss you so much!" semua orang memutar kedua bola matanya jengah, Alisya memang sangat rempong untuk kalangan cowok nggak peka, kayak mereka.

Melihat Alisya yang sudah berada di pelukan Vanesha, begitu juga dengan Alitta, Zico memejamkan matanya sekejap dan sesekali menghela napasnya kasar, "dipsi, lala, po ..."

"Siapa, mereka?" sela Kevan disaat Zico mulai menyanyi.

"Teletabis," jawab Zico tanpa berekspresi.

"Teletabis? Siapa?"

Dalam hitungan detik, kedua bola mata Zico membulat dengan sempurna. Lantas, ia menoleh ke arah Kevan secara perlahan, "Lo nggak tahu, teletabis? Dia itu anak hits!"

Kevan menghembuskan napasnya kasar, "Gue aja nggak kenal, hits dari mana?"

"Dari zaman purba."

ALVEROSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang