Sekarang kalian tau kan, betapa sulitnya mencari jalan keluar? Karena kebenaran itu, tersembunyi di dalam kegelapan.
Say hi to Princess!
***
Pagi yang cerah di hari Minggu, hari dimana macet terjadi di setiap sudut Jakarta.Di hari Minggu inilah semua orang akan pergi weekend bersama keluarga, teman hingga pacar, hm... tidak berlaku untuk jomblo.
Akan tetapi, ini Minggu yang berbeda bagi Kevan, biasanya ia selalu lari pagi dengan adik kecilnya, setelah itu mereka akan pergi ke taman untuk membeli ice cream vanila, lalu mereka akan habiskan sore hari dengan berjalan-jalan di taman kota atau sekedar jalan mengelilingi komplek.
Untuk sekarang, pergi holiday? Jalan-jalan? Berkencan? Makan ice cream? Ah, ia tak bisa berharap banyak di hari Minggu, karena harapannya kini hanyalah satu, yaitu kesembuhan adik tercintanya, Vanesha.
Disatu ruangan yang bernuansa warna putih dengan banyak macam peralatan medis, Kevan masih duduk diam serambi menatap wajah gadis kecilnya dengan tatapan yang sendu, Ia heran saat melihat wajah adiknya yang begitu tenang dan sendu, apakah adiknya sedang bermimpi sangat indah, hingga ia tak rela meninggalkan mimpinya?
Tangan kanannya, ia gunakan untuk mengusap lembut puncak kepala Vanesha, sedangkan sisi tangan yang bebas digunakannya untuk menggenggam jari-jemari mungil Vanesha dengan kuat, seolah ia tengah membagi kekuatan kepadanya.
Di detik itu juga, Kevan beralih memberikan kecupan kecil ditangan Vanesha berkali-kali, "segitu indahnya mimpi lo disana, dek? Apa mimpi lo itu ngga pernah lo dapatkan di bumi ini, sampai-sampai lo ngga rela buat ninggalin mimpi dan membuka mata untuk gue? Lo marah sama gue? Karena gue udah jahatin lo?" ujar Kevan dengan suara paraunya, karena menahan isak tangisnya yang akan lolos.
"Lo boleh marah ke gue, boleh pukul, boleh siksa, boleh cuekin dan boleh jahatin gue, tapi jangan hukum gue dengan cara seperti ini! Gue nggak bisa lihat lo tersiksa, seperti ini, " perlahan, air mata yang sedari tadi ia bendung, sudah mengalir deras membasahi pipinya.
"Maaf... maaf, maafin gue. Gue nyesel," isak Kevan dengan air mata yang sudah berurai, kalian boleh memakinya, dia jahat, dia cengeng, tapi asal kalian tahu, lelaki juga berhak untuk menangis.
"Lo inget kan, biasanya kita lari pagi di hari Minggu, terus lo merengek minta di beliin ice cream. Sambil pulang, lo makan ice cream itu sampe belepotan kemana-mana. Terus gue bakal marah-marah ke lo, karena lo kayak anak kecil,"
"Kadang sore harinya, lo juga merengek minta jalan-jalan ke taman, iya kan? kalo nggak diturutin, pasti lo terus gangguin gue. Waktu itu, gue kesel dengan sikap lo yang nyebelin, tapi sekarang, gue janji lo mau minta apapun gue turutin. Tapi cepet bangun, ya?"
"Jujur gue kesepian nggak ada lo. Gue ngga ada temen buat cerita dan berantem. Jadi please, bangun. Masih banyak hal kecil yang belum kita pertengkarin, masih banyak hal yang belum gue cerita dan tunjukin ke lo,"
"Bangung!"
"Gue tau, lo denger gue kan?"
"Bangun... kumohon...."
"Kita bisa mulai semuanya dari awal lagi,"
Kevan kembali terisak serambi memegang tangan Vanesha kuat-kuat. Oke, kali ini ia benar-benar menangis. Tapi, nggak ada salahnya, kan? Kadang seorang lelaki juga harus menangis, karena menangis bukan untuk perempuan saja.
Kadangkala, menangis akan membuat kamu merasa lega akan masalah yang tengah kamu hadapi. Tapi jangan berpikir, orang menangis itu lemah!
Itu adalah cara hati yang tengah mengekspresikan diri, karena ia tak sanggup lagi menahan segala beban-beban hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVEROSA [END]
Teen FictionHAI-HAI! 🦋🦋🦋 SEBELUMNYA AKU MINTA MAAF SAMA KALIAN SEMUA, YA! MUNGKIN ADA BEBERAPA PART YANG NGGAK NYAMBUNG ATAU ANEH. KARENA, CERITA INI SEDANG MASA PERBAIKAN! DAN KARENA AKUNYA MALAS. JADI, MASA PERBAIKANNYA LAMA. wkwk. 🌞🌞🌞 Kisah ini tent...