2 🦋 Vanesha Putri Dirgranda 2

1.3K 165 48
                                    

"E-eh, kalian mau pesen apa, sama aku aja," ujar Alisya menghentikan langkah Vanesha dan Alitta. Keduanya sama-sama saling berpandangan seraya mengerutkan alis mereka.

"Kalian nggak mau makan? Tadi ngajak ke kantin," ujar Alisya menyadarkan kedua sahabatnya dai lamunan mereka.

"Aku mau mie ayam sama es jaruk!" ujar Vanesha dengan cepat.

"Aku juga sama!" jelas Alitta, karena ia mendapati Alisya yang menaikan sebelah alisnya ke arahnya, seolah-olah Alisya tengah bertanya kepadanya.

Setelah memahami pesanan kedua sahabatnya, Alisya beranjak pergi meninggalkan mereka dan menuju ke salah satu penjual yang terlihat tengah melayani para murid yang mengantri panjang.

Di sisi lain, Vanesha dan Alitta saling berpandangan, lalu mereka kembali mengerutkan keningnya satu sama lain. "Dia habis menang lotre, ya?" tanya Vanesha kepada Alitta tanpa memutuskan pandangannya dari Alisya.

"Semua akan berubah, jika waktunya sudah tiba," tutur Alitta sambil menopangkan dagu di telapak tangannya.

Mereka masih tidak percaya dengan peristiwa yang baru saja terjadi, seorang Alisya mau mengantri untuk mengambilkan pesanan mereka? Ini adalah sebuah keajaiban. Biasanya, Alitta atau Vanesha yang mengantri untuk mengambil pesanan. Namun sekarang, Alitta yang mengambil pesanan. Benar-benar ajaib.

"Woy! Kalian pada ngelamunin apa, sih?"
Vanesha dan Alitta terperanjat melihat Alisya yang sudah di depan mereka dengan nampan besar yang sudah berisi makanan dan minuman pesanan mereka.

"Nih, pesanan kalian!" ujar Alisya seraya menurunkan makanan dan minuman dari nampan.

"Terima kasih," ujar Vanesha dan Alitta hampir serentak sambil tersenyum bahagia, hal itu membuat Alisya mengerutkan keningnya.

"Semua totalnya tiga puluh lima ribu. Bayar sana!"

Vanesha mengerutkan keningnya tidak mengerti, "maksudmu?"

Alisya berdecih pelan, "maksud aku gimana? maksudnya belum dibayar, lah. Sana bayar dulu!"

Alitta membulatkan kedua bola matanya dengan sangat sempurna. "Ja-jadi, kamu nggak traktir kita?"

Bukannya menjawab, Alisya justru tergelak melepaskan tawanya. "Traktir? Memangnya siapa yang traktir kalian? Aku cuma mau nitip bayarin, makanya aku yang ambil pesenan."

Alitta melongo tidak percaya, sedangkan Vanesha hanya mendengus kesal. Seharusnya ia tahu, kalau Alisya memang gadis menyebalkan yang tidak akan pernah berubah.

Alitta menghela napasnya kasar. "Nyesel aku percaya sama kamu, Sya!"

Vanesha berdecih pelan, "Bodoh banget aku, sudah percaya sama kamu, Sya."

Setelah membutuhkan waktu beberapa menit untuk menghabiskan semua makanan yang ada di meja, akhirnya mereka selesai dan mulai mengakhiri makannya.

"Syukurlah, kenyang juga." Ujar Alisya yang diikuti tatapan sengit dari Alitta dan Vanesha. Mereka masih kesal, karena dengan mudahnya mereka percaya dengan Alisya.

"Eh, sebenernya yang di lapangan tadi pengumuman apa, sih?" tanya Vanesha kepada Alitta.

"Oh, it--"

Belum sempat menjawab, Alisya sudah memotong perkataan Alitta. "Jadi, kamu nggak dengerin, Sya?"

Vanesha memutar kedua bola matanya jengah, "Memangnya, kamu dengerin, hah?"

"Ya, dengerin, lah!"

Alitta berdecih pelan, "pengumuman apa, coba?"

"Jadi, pengumuman tadi itu menjelaskan bahwa hari ini, kita boleh pulang, karena guru mau rapat." Jelas Alisya percaya diri seraya melipatkan kedua tangannya di depan dada.

Tuk!

Pukulan sendok melayang sempurna di kepala Alisya dengan keras. Vanesah menggertakan giginya geram. "Kalau yang itu, aku juga denger Alisya. Tapi, yang pengumuman pertama aku nggak bisa dengar dengan jelas."

Dengan sigap, Alisya segera merebut sendok yang ada di tangan Vanesha, lantas ia gunakan sendok tersebut untuk membalas pukulan ke kepala Vanesha. "Selain itu, aku nggak tahu. Memangnya kamu tahu, hah?"

"Ya, aku juga nggak tahu. Maka dari itu, aku tanya ke kalian," balas Vanesha kembali merebut sendok tersebut dan memukulkannya ke kepala Alisya.

Belum sempat Alisya meraih sendok tersebut. Namun, sendok tersebut sudah di rebut Alitta dan ia mulai memukulkannya di kepala Vanesha dan Alitta. "Aku tahu pengumuman tadi itu membahas apa. Kalian mau aku kasih tahu atau mau aku kasih pukulan lagi?"

"Ee-eh, kasih tahu aja, deh," balas Vanesha seraya menyengir kudua diikuti oleh Alisya.

Sambil tersenyum bangga, Alitta meletakan sendok tersebut di atas meja. "Jadi, pengumuman tadi itu membahas tentang ...."

"Oh, gitu." Jawab Vanesha dan Alisya hampir serampak sambil memangut-mangutkan kepalanya.

Alitta menghela napasnya kasar, kedua sahabatnya ini memang sangat menyebalkan, "Jadi, kalian join, kan?"

Vanesha menyipitkan matanya, seolah-olah ia tengah berpikir keras, "Join ... mungkin. Alisya, kamu join, nggak?"

"Kwalo lwo pwadwa jwoin, gwuwe ngwuikut ajwa, lwah. Sweru kwayaknywa!" jawab Alisya sambil mengunyah makanan yang sudah ada di mulutnya.

Vanesah berdecih pelan, "Tuhan, semoga dia tersedak tulang belulang."

"Iwh jwahwat bwanguet, swi! Twegwa lwo swamwa gwuwa, Swya!"

"Oke. Minggu depan, gue jemput kalian. Kita harus join dan harus ontime!" ujar Alitta mengesahkan pendapatnya secara sepihak seraya menekankan pada kalimat terakhirnya.

Alisya bergumam, "Memang, ya? Sekarang, zamannya cewek jelek, cuekin cewek cantik! Kacang memang mahal, si!"

Vanesha dan Alitta berdecih pelan, "ngaca!"


🌞🌞🌞

Siapa yang nungguin Alverosa publish, nih?

Oke, jangan lupa berikan vote dan comment-nya, ya.

Sebagai bukti, bahwa kalian support kecilku.

Follow akun wattpad ini
Follow juga akun instagram
@popykhalimah_

Luv

♥️
🌞🌞🌞
⭐⭐⭐⭐⭐

ALVEROSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang