27 🦋 Kita Pacar?

229 61 1
                                    

Vanesha mengangguk kecil. Setelah Vero menarik napasnya dalam-dalam, ia menghembuskannya perlahan. “I love you, Vanesha.”

Susah payah Vanesha meneguk ludahnya. Di detik itu juga, ia merasa darahnya mengalir semakin deras, begitu juga dengan jantungnya yang berdetak kian mengencang.

Vanesha mengerjapkan mata kesekian kalinya, ia terkekeh pelan. “Ve-Vero ... ka-kamu bercanda, kan?”

Vanesha menghentikan kekehannya dan kembali menelan ludahnya kasar. Tatapan Vero yang begitu lekat membuatnya yakin, bahwa lelaki ini sedang tidak bercanda kepadanya.

Vanesha menghembuskan napasnya berat. Ia masih tidak menyangka dengan pernyataan Vero. Ia merasa sangat gugup dan canggung.

“Mau jadi pacar gue?”

Vanesha semakin gugup, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia baru saja mencoba bangkit dari masa lalunya itu, apa ia harus kembali bersama seorang lelaki di dalam satu hubungan. Namun, Vero berhasil membuatnya merasakan kenyamanan yang tidak pernah ia dapatkan dari orang lain. Untuk sekarang, ia sangat bimbang dengan keputusannya.

“Sya?” panggil Vero sekali lagi, karena ia mendapati Vanesha diam bergemih.

Vanesha terkejut ketika ia baru kembali sadar dari lamunanya. “Ha? Eh, a-anu ... ak-aku ...”

“Gue tahu lo bingung. Lo masih takut, kan? Lo bisa pikirin dulu, gue nggak akan ke mana-mana, kok.” Vanesha menganggukan kepalanya perlahan. Ia merasa bersalah saat maniknya melihat raut wajah Vero yang terlihat kecewa kepadanya, tetapi ia harus bagaimana? Ia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi ini. Mulutnya sangat kaku untuk mengatakan sepatah kata.

“Udah malam. Sepertinya, acara juga mau selesai, kita pulang, ya.”


🌞🌞🌞


“Shasya?”

Sudah kesekian kalinya Alitta memanggil Vanesha yang sedari tadi hanya melamun dan mengaduk-aduk makananya. Ia khawatir gadis itu ada apa-apa, karena Vanesha tidak pernah seperti ini sebelumnya.

“SHASYA, WOY!”

Vanesha terlonjak terkejut ketika Alisya memekik seraya menepuk pundak Vanesha dengan keras. Lain dengan Alisya yang sudah melepas gelak tawanya.

“Ha? Ke-kenapa?”

“Kamu kenapa? Dari tadi melamun terus, ada masalah?” tanya Alitta terlihat sangat khawatir, berbeda sekali dengan Alisya yang masih mengontrol tawanya yang akan kembali keluar.

“Eh, an-anu ... enggak apa-apa, kok.”

“Nggak usah bohong! Kita itu udah kenal lo dari lama, nggak mungkin kalau nggak ada apa-apa.” Vanesha tersenyum kikuk, tebakan Alisya memang benar.

Alitta mengangguk menyetujui perkataan Alitta. “Kalau ada masalah, kamu cerita sama kita. Siapa tahu kita bisa selesaikan ini bareng-bareng.”

Vanesha menghembusan napasnya berat. Sejujurnya, ia tidak pandai berbohong di depan sahabatnya ini. “Ak-aku ... ditembak Vero.”

Alisya tersedak mendengar pernyataan dari Vanesha, ia membulatkan kedua matanya dengan sempurna. “LO DITEMBAK SAMA VER--” dengan cepat, Vanesha dan Alitta menutup mulut Alisya yang sangat ceroboh.

Vanesha menoleh ke kanan dan kirinya, ia tidak mau berita ini sampai tersebar ke seluruh penjuru sekolahnya. Bisa-bisa ia habis menjadi pusat perbincangan di sekolahnya. “Eh, kamu bisa diam nggak?

Alisya menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia mencibirkan bibirnya. “Ya, maaf. Lagian kamu baru cerita, sih. Kan, aku kaget!” Alisya mencibirkan bibirnya. “Eh, kamu terima nggak?” tambahnya lagi.

Vanesha mengaduk-aduk makaannya, sesekali ia memasukannya ke dalam mulutnya. “Ya, aku belum kasih jawaban, lah.”

“Lho, kok begitu, sih.”

Vanesha menghembuskan napasnya dengan berat. Ia menatap Alisya dan Alitta datar, lantas ia kembali fokus pada makanan yang ada di piringnya itu. “Aku bingung.”

“Bingung kenapa?”

Vanesha menghembuskan napasnya pelan. Ia bingung sendiri, jika ia mengatakan bahwa dirinya masih takut, pasti kedua sahabatnya akan merasa khawatir kepadanya. “Menurut kalian Vero gimana?”

Alitta mengangkat sudut bibirnya ketika Vanesha meminta pendapat kepada kedua sahabatnya. “Kalau menurutku, Vero itu pedulinya cuma sama kamu, Sya. Kamu ingat, kan? Waktu dia rela anter kamu ke rumah bibi kamu dan juga waktu Vero nolak adik kelas dengan begitu parahnya. Nah, itu menandakan kalau dia sayangnya cuma buat kamu,” ucap Alitta belum melepas senyum dari bibirnya.

“Nah, betul itu! Meskipun Vero anaknya nyebelin dan acuh banget, tetapi dia anaknya peduli banget kalau sama kamu, kok. Buktiny waktu Vero nggak balas pesanku, tapi dia tetap datang buat ngasih kamu bubur itu dan Vero juga yang bantu kamu buat bangkit dari masalah yang kemarin,” sosor Alisya terlihat begitu semangat.

ALVEROSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang