Part 55 ♥️ LAUREN

260 27 9
                                    


Siapa gadis itu? Kenapa dia mirip sekali dengan ...

Vanesha?

Vero mengerjapkan kedua bola matanya untuk kesekian kalinya, apakah ia salah lihat?

Brak!

"Eh, ayam-ayam!"

"Buset, tuh anak mau kemana lagi?"

"Tau, bikin orang jantungan aja!"


***


"Shasya, ini sudah satu tahun lebih, kamu masih mau bertahan dengan keputusan kamu?" Yudha membuka suara, membuat semua orang memalingkan wajahnya kepada Vanesha yang tengah menunduk. Bagaimana ia memberi jawaban kepada semua orang? Jawaban untuk dirinya sendiri saja, ia tak punya.

"Sya?" panggil Kresna berusaha menyadarkan Vanesha dari lamunannya.

"Hah? Oh, ii-itu .... Shasya mau ke toilet dulu!"

Semua orang tahu, bahwa Vanesha tidak benar-benar ke toilet, ia hanya melarikan diri dari pertanyaan itu.

Brak!

Vanesha menutup pintu toilet dengan keras, hatinya masih saja bergerumuh. Ia memejamkan kedua bola matanya sambil menghembuskan napasnya gusar, ia mencoba untuk menetralkan detak jantungnya yang masih berdetak dengan cepat.

Saat kedua bola matanya kembali terbuka, langkah jenjangnya berjalan menuju ke depan cermin yang berada di dalam toilet.

Air mata yang sedari ia tahan, akhirnya tumpah juga seiring berjalannya waktu. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Kenapa ia dipertemukan dengan mereka, saat ia belum siap menghadapinya?

"Mama... Papa .... Bang Kevan," rintih Vanesha menunduk, membiarkan air matanya mengalir percuma. Ingatannya kembali terputar saat dirinya menabrak sosok itu.

Bruk!

Saat Vanesha berusaha berlari ke kamar mandi, untuk menghindari pertanyaan dari Yudha, ia tak sengaja menabrak sosok laki-laki yang tengah berjalan di hadapannya, hal itu membuat dirinya terjatuh.

"Ee-eh, sorry, sorry!" ujar Vanesha menundukan kepalanya untuk membersihkan gaun putihnya yang sedikit kotor.

"Harusnya gue yang minta maaf, lo nggak apa-apa?" tanya lelaki tersebut serambi mengulurkan tangannya.

"Nggak apa-apa." Ujar Vanesha sambil berdiri tanpa menerima uluran tangan lelaki tersebut dan segera beranjak dari tempat tersebut, ia tak mau pertahanan dan penyamarannya terbongkar sia-sia, karena yang baru saja ia tabrak adalah abangnya, Kevan.

Saat Kevan mengulurkan tangannya, Vanesha sempat melihat wajah Kevan dari sela-sela rambutnya yang tergerai menutupi wajahnya saat ia menunduk.

Setelah menangis sekian lama di dalam toilet, ia sadar akan satu hal, ia meninggalkan Yudha dan yang lainnya di meja makan. Mereka pasti menunggunya. Ia harus kembali, sebelum mereka curiga dan mulai mencarinya.

Ia merapikan penampilannya yang terlihat sangat berantakan akibat menangis. Ia tak mau terlihat sedih di hadapan mereka. Sesungguhnya, ia adalah wanita kuat, sekuat alam semesta dan sekuat kehidupan.

ALVEROSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang