19. Rey Digebukin

1.5K 134 1
                                    

~•°•~

Follow ig:

@reyputrawjy
@sinnta10
@_alyamhn
@bimamggla
@alvaro.snjy68
@angelaaa.mrkl
@_doniii.prsty69
@_kesyalazurdi
@xykrn_
@nurkrnia_

***

....

"Rey! Lo gak papa? Rey! "

Darah tampak mengalir pelipisnya, di sudut bibir pun juga begitu. Dan dengan luka lebam hampir di seluruh wajah. Kondisinya sangat memilukan.

Sinta panik saat ini. "Rey bangun dong! "

"Tolong!! " Teriak Sinta. Berharap mendapat pertolongan.Namun karena mereka berada di sudut taman yang sepi, tak ada seseorang lewat.

Sinta paniknya bukan main-main.  "Rey lo masih bisa denger suara gue kan?"

Rey pun mengangguk pelan, membuat Sinta dapat sedikit menghela napas lega.

Setidaknya laki-laki itu tidak mati! 

***

Akhirnya Alvaro kembali, terlihat laki-laki itu celingukan saat tak menemukan Sinta di bangku tempat gadis itu duduk.

"Jangan-jangan Sinta balik lagi, gara-gara kelamaan! " Alvaro mengusap wajahnya frustasi, menghela napas kecewa.

Belum sempat mencoba pendekatan dengan Sinta, sudah di pastikan bahwa gadis itu ilfil dengannya.

Alvaro berdecak, "Mungkin aja lagi keliling-keliling taman, gue cari aja kali ya? " Ia tak patah semangat.

Alvaro berniat mencari Sinta yang ia harap masih di sekitar taman kota. Namun suara deringan ponsel mengalihkan perhatian Alvaro.

Terlihat nama Sinta yang terpampang di layar ponselnya.

"Al, maaf gue gak nungguin lo "

Alvaro menghela napas lega, "Iya gak papa, sekarang lo dimana? Masih di sekitar taman? "

"Enggak, tadi pas gue nungguin lo, gue liat Rey dipukulin sama orang.  Dia babak belur, terus gue bawa dia kerumah sakit. "

Seketika raut wajah Alvaro berubah masam. Lagi-lagi karena anak itu!

"Kalo lo mau jenguk Rey, dia di rawat dirumah sakit Cendrawasih. Rumah sakit deket taman. "

"Ah, iya, gue kesana sekarang. "

Panggilan ditutup, Alvaro menghela napas panjang. Antara lega dan kesal yang Alvaro kini rasakan.
Sial! Lagi-lagi karena Rey.

Alvaro bergegas pergi menuju rumah sakit yang di katakan Sinta. Setidaknya masih ada sedikit rasa solidaritas di dalam lubuk hatinya.

***

Sinta panik bukan main. Terlihat kini ia tengah mondar-mandir di depan pintu ruangan dimana Rey tengah di tangani oleh dokter.
Tiga puluh menit berlalu, namun dokter tak kunjung keluar dari dalam. Ah, buat panik saja!

Apa Rey berhasil di selamatkan?

Beberapa saat kemudian, suara decitan pintu terdengar. Mengalihkan perhatian Sinta, "Gimana dok, keadaannya? " Tanyanya khawatir.

Dokter itu menghela napas panjang, "Keadaannya tidak terlalu mengkhawatirkan, hanya saja tulang pengumpil tangan bagaian kanan mengalami sedikit keretak. Memungkinkan pasien untuk dirawat beberapa hari kedepan. "  Ujar dokter itu.

Terdengar helaan napas lega gadis itu. "Syukur deh, gak mati. " Gumam Sinta. "Em.. Pasien boleh di jenguk, dok? "

"Silahkan. Kalau begitu saya permisi dulu, " ujar dokter itu.

Sinta bergegas masuk kedalam ruang rawat Rey dengan raut wajah khawatir.
Terlihat di sana, seorang laki-laki yang babak belur tengah terbaring dengan selang infus yang menjuntai, juga perban yang melilit tangan kirinya.

"Rey lo gapapa?! " Pekik Sinta panik.

"Menurut lo, gue baik-baik aja, hm? "

Tampak raut wajah kesal Sinta. Mendecih.

Laki-laki itu berdeham, "Elo yang bantuin gue? " Tanya Rey sambil memegangi ujung bibirnya yang masih terasa perih dan kaku.

"Menurut lo? " Jawab Sinta malas. Memutar bola matanya malas. "Thanks ya, "

"Hm. " Sinta hanya bergumam.

Hening diantara mereka, sama-sama sibuk dengan ponsel masing-masing. Rey dengan game online-nya dan Sinta dengan chat grupnya dengan tiga sahabat rempongnya itu.

Sampai terdengar Rey yang menghela napas,  "Sin, gue laper, beliin makanan dong... "

Sinta melirik sejenak, lalu kembali fokus pada ponselnya. "Lo panggil aja suster. Ngapain nyuruh-nyuruh gue? "

"Kan lo ada, terus kenapa gue harus nyuruh suster? Terus lo gunanya apa disini? " Sinta mendelik marah. Apa gunanya? Sinta serasa ingin menendang lambung laki-laki itu!

"Nyesel gue nolongin orang modelan kaya lo! Mending tadi gue biarin aja lo mati digebukin. " Damprat gadis itu kesal.

Sinta beranjak pergi. Tak tahan dengan Rey jika berlama-lama.

Namun suara laki-laki itu menghentikan langkahnya. "Makasih, duitnya tar gue ganti santai aja. " Ucap Rey.

Sinta membalikkan tubuhnya. Tersenyum misterius.  "Haha ni orang di kasih ati mintanya ampela! Gak tau diri banget sih lo!  " Omel Sinta lalu pergi, membanting pintu.

Meninggalkan Rey yang diam membisu—terkejut dengan reaksi si waketos super dingin di sekolah. "Galak banget, untung cakep lo. "

*

"Nyebelin banget sih tu orang! Masih untung gue tolongin, bukanny makasih malah ngelunjak! " Sinta tak henti-hentinya menggerutu, menyumpah serapahi Rey si anak tak punya malu.

Karena tak memperhatikan sekitar, Sinta tanpa sadar menabrak seseorang sampai tubuhnya terpental. Bokongnya kini terasa linu, saking kerasnya terbentur lantai.

"Stts, aduh.." Rintihnya.

"Eh, sorry sorry, gue gak liat tadi. "

Sinta mendongak, tampaknya kesal. Terlihat Bima dan Doni yang tengah menyeringai lebar, tersenyum tak bersalah.

Sinta hanya menghela napas kasar. Menahan kesal.

Tidak si ketua geng, tidak dua pengikut sektenya—Bima dan Doni, mereka sama saja!

Sama-sama menyebalkan! Pembuat onar. Entah itu di sekolah atau di luar sekolah.

"Mau jenguk Rey? " Tanya Sinta dingin. Dua laki-laki itu mengangguk kaku—takut. "Lo tau dimana ruangannya sebelah mana? " Tanya Bima takut-takut.

Lagi-lagi Sinta menghela napas. "Lurus aja, belok kiri, ruangan paling ujung. "

Dua laki-laki itu tertawa canggung, mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh, oke. Kalo gitu thanks ya, kita.. Cabut dulu.  " Kata Bima. Terus berlalu pergi dengan tergesa.

Sinta hanya mengernyit heran. Geleng-geleng kepala tak habis pikir. "Sama-sama aneh! "

***

Hai guys!
Jangan lupa vote, follow, and comment

~•°•~

Playboy Ketemu Pawangnya!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang