41. Tujuan Kembalinya

1.2K 76 12
                                    

~•°•~

Follow ig:

@reyputrawjy
@sinnta10
@_alyamhn
@bimamggla
@alvaro.snjy68
@angelaaa.mrkl
@_doniii.prsty69
@_kesyalazurdi
@xykrn_
@nurkrnia_

***

......

"A-ayah! "

Sinta berjalan mendekat, masih terfokus pada netra legam sang Ayah. Dihadapan sang Ayah yang tampak gagah dengan jas dan celana bahan bak seorang direktur di sebuah perusahaan, dia benar-benar berubah.

Gadis itu menarik napasnya dalam, dengan sekali kedipan, air mata jatuh begitu saja. Entah harus senang atau marah, perasaannya benar-benar tak bisa di jelaskan saat ini.

Dengan bibir yang bergetar ia memanggil sang Ayah, "Ayah.. "

Tampak bibir pria itu menghela napas, di tatapannya sang putri dengan senyuman lembut. "Iya kenapa putri Ayah? " Ucapnya lirih.

Mendengar kalimat itu, Sinta langsung memeluk sang Ayah dengan tangisan yang tak sanggup lagi ia tahan. Kalimat yang sering kali pria itu ucapkan ketika sang putri memanggilnya.

Sedang melepas rindu, Ayah dan anak itu terusik tatkala seorang gadis sebaya Sinta berdeham, menyadarkan pria itu. Dia langsung melepas pelukannya.

Terlihat Sinta mengerenyit, menatap gadis itu, mantan kekasih pacarnya saat ini. Elena.

Seseorang yang menghancurkan mood-nya hari ini.

"Inget tujuan kita kesini Pa, kita kesini bukan mau kangen-kangenan sama putri Papa yang satu ini. " Ucap Elena.

Sinta menatap Elena bingung, "Apa? Llo manggil ayayh gue apa? P-papa? "

Elena tersenyum miring, menghela napas sambil mengibaskan rambutnya. "Kenapa? Dia emang papa gue. "

Bak tersambar petir di siang bolong, Sinta benar-benar tak percaya dengan tentang fakta ini. Sinta menatap sang Ayah tatapan menuntut penjelasan. Apa maksudnya?

Tuan Zidan terlihat menghela napasnya, mengelus surai halus putrinya. "Nanti ayah jelasin ya. "

Melihat itu Elena menghela napas lagi, melipat kedua tangannya. "Oke, kalo Papa gak mulai bahas soal apa tujuan kita kesini, biar Elena sendiri yang ngomong ke dia. "

Sinta hanya melirik tajam Elena yang pembawaannya sangat berbeda jika di sekolah. Terlihat seperti gadis baik jika di sekolah.

Huh, bermuka dua!

"Enggak Elena, biar Papa aja yang ngomong sama Sinta. " Timpal Zidan. "Sinta ikut Papa sebentar ya? " Ucapnya lembut.

Sinta hanya mengangguk.

Baru beberapa langkah Zidan menarik Sinta untuk ke teras belakang, terhenti tatkala Jefri menahan langkah mereka.

Jefri menatap tajam kearah Zidan dan Elena, "Jika kalian datang kesini hanya untuk menganggu, dengan hormat saya meminta kalian pergi dari sini. " Katanya.

Sudah sejak tadi ia mengatakan kepada dua orang itu. Ia sudah sangat bersabar sejak awal.

"Jefri, tolong beri Ayah— "

"Saya gak punya Ayah. Ayah saya udah mati. "

Sinta menghela napas, menatap sang Kakak sendu. "Bang Jef... " Lirihnya, mencoba membujuk sang Kakak.

Playboy Ketemu Pawangnya!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang