48. Keputusan Sinta

1.2K 75 67
                                    

~•°•~

Untuk teman-teman mohon persiapkan diri untuk misuh setelah membaca bab ini...

Untuk teman-teman mohon persiapkan diri untuk misuh setelah membaca bab ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow ig:

@reyputrawjy
@sinnta10
@_alyamhn
@bimamggla
@alvaro.snjy68
@angelaaa.mrkl
@_doniii.prsty69
@_kesyalazurdi
@xykrn_
@nurkrnia_

***

Sinta berlari menyusuri koridor-koridor rumah sakit, melihat sekeliling untuk mencari ruangan sang Kakak dirawat. Ya, setelah mendapat telepon dari Angela gadis itu langsung pergi ke rumah sakit. Rasanya khawatir sekali.

Dapat di lihat Raka, Angela, dan juga Arini— Ibunda Raka— duduk di depan ruangan. Sinta langsung menghampiri mereka.

Raut wajahnya yang terlihat begitu khawatir tak bisa ia sembunyikan.

"Tante gimana keadaan Bang Jefri? " Tanya gadis itu.

Airin mencoba untuk menenangkan Sinta terlebih dahulu, menuntunnya untuk duduk. "Tenang dulu ya, Abang kamu gak papa. "

Gadis itu sudah menangis sejak awal datang. Ia terisak kecil, terlihat begitu khawatir. "Benerankan Tante? "

Airin mengangguk, masih setia mengusap punggung gadis itu. "Iya, udah jangan nangis lagi, Abang cuma lecet aja gak ada yang serius. "

Sinta menganggukkan kepalanya, sedikit merasa lebih tenang. Kemudian ia melihat orang sekeliling—Angela dan Raka— terlalu khawatir, sampai-sampai ia tak menghiraukan dua orang itu.

Perhatian Sinta beralih ke arah kaki laki-laki seumurannya. "Ka, kaki lo kenapa? " Terlihat kaki sebelah kiri anak itu dibalut oleh perban, juga luka di sikunya. Sinta di buat mengerut bingung.

"Keserempet mobil tadi waktu pulang sekolah. " Jawabnya seadanya.

"Kok bisa? " Tanya Sinta khawatir.

Terdengar Raka berdecak, "Ya gak tau, ha kok tanya saya! "

"Dia aja nih Sin, yang kebut-kebutan, gak ati-ati. " Sahut Arini sinis.

Sontak Raka melirik sinis ke arah sang Ibu sekilas, lalu menggulirkan pandangannya ke arah lain sambil mendecih. Mengundang Sinta untuk memukul kepalanya. "Gak sopan sama orang tua! " Omelnya.

Raut wajah laki-laki itu terlihat begitu kesal, "Apa sih Sin?! "

Kemudian tawa terdengar dari tiga perempuan itu. Menertawakan Raka yang entah kenapa mudah kesal akhir-akhir ini, apakah anak itu sedang datang bulan?

Raka terdengar menghembuskan napas, berdiri dengan susah payah. "Ma, balik yuk, Sinta biar sama Angela. Kasian Papa di rumah sendirian. "

"Ah, iya iya, " Arini ikut beranjak dari duduknya.

Playboy Ketemu Pawangnya!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang