1. MATIC

293 10 0
                                    

Rasa sayangku ya gini, peduliku ya gini. Kalau mau ya sini, kalau enggak ya silahkan pergi. Mudah kan?

....

***

Tin! Tin! Tin!

Suara bising kendaraan di jalan raya adalah asupan pagi bagi para penggunanya. Berdesak-desakkan, berlomba-lomba untuk segera sampai tujuan.

Beda halnya dengan dua insan berseragam putih abu-abu, mereka tengah asyik menikmati udara di pagi hari yang sedikit terkena polusi. Dengan berkendara sepeda motor matic putih berkecepatan 40 km/jam, karena waktu masih menunjukkan pukul 06.15 mereka tampak santai.

"Erland, lo pernah jatuh cinta nggak?" Tanya Aillena, biasa dipanggil Lena oleh sahabat dan teman dekat serta orang tua, dipanggil Alien oleh teman iseng, dan ketika sedang alay dengan para cogan biasanya bermonolog sendiri 'Aku terlena dengan pesonamu Mas.' Dasar Lena!

Erland terdiam sebentar, mungkin sedang berpikir, "Pernah, gue normal kali."

Lena menonyor belakang kepala Erland, "Gue tau," Lena bergumam, "Er, cowok tuh suka apa?"

"Suka cewek," jawab Erland cepat, tanpa pikir panjang.

Lena menabok bahu Erland keras, "Bukan itu! maksud gue co-"

"Kok lo dari tadi mukul gue sih?!" protes Erland, ia terus beringis menahan sakit di bahunya.

Lena berdecak, "Ya sorry, gue lanjutin. Serius tapi."

Erland mengangguk.

"Menurut lo, cowok suka apa?"

"Kalau gue, diperhatiin."

"Oke."

"Lo kenapa dah? lagi naksir sama cowok? wow seorang Alien naksir sama manusia?" ucap Erland histeris, seolah seorang Aillena Nerissa tidak bisa menyukai laki-laki.

"Lo apaan sih Er, yakali gue nggak suka cowok. Ehh, inget gue ini manusia, cewek cantik dan satu lagi. Nama gue Aillena bukan Alien, jangan suka ganti nama deh, mau sembelih kambing!?" Lena berucap sengit. Sebenarnya ia tidak marah dengan panggilan itu, toh ia sudah terbiasa, makanan sehari-hari malah. Hanya saja, seolah Erland ini menganggap dirinya tidak bisa mencintai atau sekedar suka dengan lawan jenis. Dikira Lena apaan?

"Dih marah, gue bercanda Lena," ujar Erland, berusaha membujuk Lena.

"Bodo."

"Maaf."

"..." Lena enggan menjawab, gadis itu mengikuti ucapan Erland dengan bibir maju beberapa mili, "Miif," tirunya tanpa suara.

"Jangan marah dong, bercanda tadi. Yaudah gue nggak akan panggil lo Alien lagi deh."

"Jingin mirih ding, bircindi tidi. Yiudih gui nggik ikin pinggil li iliin ligi dih," tirunya lagi.

"Masa gue dikacangin sih, jawab kek."

"Misi gui dikicingin sih, jiwib kik ."

"Jangan diemin gue, Len."

"Jingin diimin gui, Lin."

"Oke fine! lo mau apa? bakso? soto? batagor? or? gue akan beliin."

"Nyogok?"

"Enggak," jawab Erland cepat, disertai gelengan kepala beberapa kali.

"Yaudah gue maafin, tapi beliin gue mie ayam di kantin ya? nanti istirahat."

"Nah gitu dong, tapi jangan banyak-banyak, lagi nggak punya duit berlembar-lembar nih, hehe."

AILLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang