24. RAMEN

69 4 0
                                    

Krit!

Dua perempuan di depannya menatap malas ke arah cowok yang baru saja mendudukkan badan di depan mereka.

"Kenapa?" dengan bodohnya laki-laki itu bertanya.

"Katanya on time, ini udah dua puluh lima menit lewat dua belas detik, lo baru datang." semprot cewek perpakaian kurang bahan itu.

"Buset deh, sampe ngitungin menit sama detik, nggak sabaran banget," laki-laki itu tertawa pelan. Namun bukannya suasana menjadi cair, yang ada justru semakin garing dan membuat perempuan di depannya menatap aneh dirinya. Meredakan tawa seraya menggaruk leher belakang, "Maaf deh." ujar cowok itu.

Matanya menatap bingung gadis di depannya. Tampak asing. "Lo siapa?" herannya.

"Masa lo nggak ngenalin sih? dia-"

"Udah nggak usah dibahas, nggak penting. Sekarang yang penting tujuan kita. Jadi gimana?" tanya gadis asing itu.

Alis terakangkat sebelah, cowok itu bertanya, "Katanya nggak boleh bawa orang asing. Tapi, lo sendiri yang bawa. Gimana sih?" pandangnya ke arah cewek berbaju kurang bahan itu.

"Dia ini punya tujuan yang sama seperti kita, lo tenang aja. Lagian dia bisa diandelin," smirk-nya.

Menghembuskan nafas pasrah, "Sekarang gimana?" tanya cowok berpakaian kaos itu.

Gadis berbaju kurang bahan dan ketat itu dengan senang hati menjelaskan rencananya. Mereka bertiga menyusun strategi dengan rapi dan mungkin akan berhasil seratus persen, menurut mereka.

***

"Mau yang putih atau hitam, Len?" tanya Alan seraya mengangkat dua buah penghapus jumbo di kedua tangannya.

Lena menoleh, ia memandang lekat dua benda itu, "Murah yang mana Al?"

Alan melirik sekilas harga yang tertera di masing-masing penghapus itu, "Murah yang putih."

"Yaudah ambil yang hitam," putus Lena santai.

"Kampet! nanya yang murah, ehh ngambil yang mahal," gerutu Alan.

Lena terkekeh, "Itulah modus dan trik seorang Lena dalam palak-memalak," gadis itu tertawa jahat.

Alan mendengkus. Ia memindahkan satu-persatu penghapus hitam sesuai teman satu kelasnya ke dalam keranjang belanja.

Ting!

Getar ponsel digenggaman gadis berkucir kuda itu berbunyi, menandakan adanya pesan masuk.

Awan

Jadi kapan?

Lena mengernyitan bingung.

Apanya?

Duet nyanyi

Kontan gadis itu menepuk dahinya keras, kenapa ia bisa kelupaan akan hal itu.

Ohh

Terserah,
aku ngikut aja.

Besok malam bisa?

Bisa

Gue jemput

Ok

Lena tersenyum lebar. Otaknya mulai terkontaminasi dengan film dan drama romantis yang sudah pernah ia tonton. Berbau adegan sweet. Gadis itu tidak tau saja hatinya tak berdesir lagi juga jantung yang tak lagi bergetar. Dua hal dalam diri Lena itu sangat berkebalikan dengan otaknya.

AILLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang