11. TERLAMBAT

92 6 0
                                    

Salah satu cara menjadi orang sukses adalah mengakui kesalahan.

AILLENA

***

06.40

Gadis dengan balutan selimut yang hanya mencapai kakinya saja, masih tertidur dengan pulas.

Alarm terakhir yang ia bunyikan sudah berbunyi nyaring memenuhi kamarnya yang lumayan lebar. Padahal ia memasang alarm sejak pukul lima dini hari dan sekarang alarm berbunyi pukul 06.40. Tapi tak juga membuat gadis itu terbangun, ia masih asyik dengan mimpi indahnya.

Saat teriakan Mamanya di luar kamar menggema, memanggil-manggil namanya berhasil mengusik tidurnya. Dengan cepat ia terbangun.

Lena menguap, "Apasih Ma?" tanyanya parau.

"Lena cepet sarapan, ini udah jam tujuh kurang duapuluh menit. Turun cepat!" teriak Dira dari luar kamar Lena.

Lena melotot, ia meraih jam weker yang tadi ia gunakan sebagai alarm di atas nakas samping tempat tidurnya, "Kenapa nggak dibangunin sih?" omelnya pada jam tak berdosa itu.

Lena menepuk keras jidatnya, "Oon." Ia bangkit dari duduknya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi, melakukan ritual mandinya dengan cepat, dan segera keluar. Memakai pakaian dengan terburu dan terakhir menyisir rambutnya lalu mencepolnya asal, ia malas menggunakan make up pada wajahnya.

Lena segera keluar dari kamarnya, Ia berlari menuruni tangga dan langsung mencomot roti selai yang sudah disiapkan Mamanya.

"Lena nggak sarapan Ma, udah telat. Assalamualaikum!" teriak Lena sambil berjalan cepat keluar rumah, tidak sopan memang.

Lena berlari menyebrang jalan menuju kediaman rumah Erland, ia akan ikut nebeng berangkat sekolah dengan cowok itu.

Gadis itu celingukkan di depan gerbang, ia sama sekali tidak mendapati tanda-tanda adanya Erland di dalam rumah. Lena beralih menatap garasi rumah Erland. Tidak ada motor Erland! berarti cowok itu sudah berangkat terlebih dahulu ke sekolah tanpa menunggu dirinya.

Lena menepuk dahinya, bego sekali Lena. Ini sudah jam tujuh lewat, pantas saja Erland meninggalkan dirinya.

Lagipula siapa dirinya sampai Erland menunggunya? bukankah kemarin ia berkata kalau Erland hanya sebatas teman saja? lalu, ia mengharapkan apa lagi?

Lena mengembuskan nafasnya gusar, mau tidak mau ia kembali ke rumah dan menaiki sepeda kesayangnnya. Lena belum boleh mengendarai sepeda motor sendiri, disamping belum mempunyai SIM karena belum cukup umur, ia juga dilarang oleh Papanya.

Lena menggambil sepedanya dan segera ia naiki. Pagi ini ia akan melaksanakan olahraga. Dengan menggayuh sepeda super cepat--tapi percuma, ia sudah terlambat--. Seenggaknya ia terlambat tidak terlalu lama.

***

Berdecak, dengan malas Lena mengayuh sepedanya. Gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Ia bingung akan lewat mana, karena jujur baru kali ini Lena terlambat sekolah sampai gerbang tertutup.

Lena celingukkan mencari satpam yang berjaga. Siapa tau satpam itu mau berbaik hati membukakan pagar untuknya.

Tengah fokus mencari satpam, bahu Lena serasa ditepuk dengan kencang oleh seseorang.

Refleks Lena menolehkan kepalanya, ia mendapati seorang cowok tengah memperlihatkan giginya, cowok itu menyengir.

"Telat ya?" goda cowok itu pada Lena.

AILLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang