Hari-hari sudah Lena lalui tanpa kerusuhan Erland, perhatian cowok itu dan yang paling utama adalah kemunculan Erland. Semua berjalan dengan lancar, sesuai kemauannya.
Dan kini Lena sudah kembali menjalani kegiatan wajibnya sebagai siswi. Setelah seminggu diizinkan beristirahat oleh pihak sekolah, mampu untuk memulihkan badannya.
Hari Senin, terasa panjang untuk ia lalui. Kegiatan yang dilakukan Lena pun tak ada yang menarik. Terasa hambar dan monoton. Karena ia sendirian, tidak ada teman atau sahabat yang menemani. Ya, teman Lena di kelas ini hanya Alan seorang, yang bisa ia ajak bercanda, mengobrol ringan, bahkan menggosip. Sungguh, ia rindu pada cowok itu.
Bagaimana kabar dia sekarang?
Mengingat pertemuan terakhir mereka tidak mengenakan. Lena bertekad nanti sepulang sekolah ia akan mengunjungi cowok itu di penjara.Lena tidak tahu, kenapa cowok itu bisa masuk penjara. Mungkin karena -Maaf- orang tua Lena terlalu bebal ingin menjebloskan cowok itu. Seminggu ini terasa ada jarak diantara ia dan sang Mama. Mungkin dirinya masih belum terima jika Alan masuk penjara, padahal menurut Lena, cowok itu tidak salah.
Lama melamun, Lena baru sadar jika bel istirahat telah berbunyi. Dilihat dari teman sekelasnya yang berbondong-bondong ke perpus -kebanyakan-. Sisanya ke kantin, termasuk dirinya.
Lagu berbahasa Inggris mengalun indah di telinganya, menemani setiap langkah menuju kantin sekolah. Sampai langkahnya terhenti dengan mulut tertutup rapat. Matanya mengikuti gerakan dua orang berlawanan jenis tengah berjalan menuju belakang sekolah. Dari postur tubuhnya, Lena mengenali salah satunya.
***
"Udah berangkat tadi. Kasihan Wan, dia sendiri. Nggak punya temen." Cewek itu terkekeh.
Awan tersenyum miring, "Kenapa nggak lo temenin?"
Menghela nafas, cewek berambut cokelat itu menatap langit sejenak seraya tertawa mengejek, "Males banget nemenin dia. Bawaannya gue mau jambak itu rambut. Sok kecakepan."
Mengacak rambut sepupunya sekilas, Awan tertawa pelan. "Iri, bilang bos." candanya.
Menoleh cepat, cewek itu mendelik kesal. "Siapa juga yang iri."
"Situ."
"Enggak ya. Jangan salah."
Awan bangkit berdiri, cowok itu menepuk pelan celananya beberapa kali. "Tugas gue udah selesai kan? Berarti gue bebas dong pacaran sama Shella."
Ikut berdiri, sembari mengangkat bahu. "Kalo tugas lo sih selesai. Tapi, urusan pacar, gue nggak ikut campur. Btw, kerja lo keren. Hebat, good job." Apresiasinya.
Awan hanya tersenyum simpul.
"Ohh ya, Wan. Bisa dong nanti malam kita rayain keberhasilan dan kemenangan kita dengan dinner bareng. Double date, gue sama Erland, lo sama Shella." usulnya senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILLENA
Teen FictionAillena Nerissa. Gadis ceria yang memiliki banyak teman laki-laki dan satu perempuan-teman semeja lebih tepatnya. Gadis friendly pecinta permen gagang ini menyukai teman satu angkatannya, bukan cinta dalam diam melainkan cinta dalam bar-bar. Sampai...