2. PERMEN TUSUK

214 10 0
                                    

Apa aku harus jadi orang lain biar bisa dilirik kamu?

Aillena Nerissa

***

"Stop Al," cegah Lena, merentangkan tangan kirinya di depan Alan. Bertepatan dengan bel masuk sekolah berbunyi.

"Kenapa?" bingung Alan. Ia memperhatikan Lena yang grusak-grusuk mencari sesuatu di dalam tasnya.

"Nah ketemu," ucap Lena senang. Alan mengernyit melihat satu buah permen tusuk di genggaman Lena, "Buat ap-"

"Duluan ya Al!" teriak Lena sambil berlalu, memotong ucapan Alan yang belum selesai. Ia meninggalkan Alan di koridor samping tempat sampah. Lena berlari menghampiri segerombolan, ahh bukan lebih tepatnya satu orang siswa di sana yang berbaris di sebelah paling kiri nomor dua dari depan. kelas X IPA 3 yang sedang melakukan pemanasan di tengah lapangan. Memulai pelajaran jam pertama.

"AWAN!" teriak Lena tanpa rasa malu, padahal di depan kelas X IPA 3 ada seorang guru yang sedang berdiri bersidekap dada melihat muridnya melakukan pemanasan. Dengan jarak lima langkah sampai, Lena harus berteriak, sudah kebiasaan.

Sontak semua murid X IPA 3 menoleh ke belakang, ingin tahu siapa yang membuat telinga mereka berdengug sesaat karena suara cempreng Lena.

Banyak dari mereka yang memutar bola matanya, sudah hafal dengan Lena yang selalu mengganggu waktu belajar mereka. Entah di kelas ataupun di luar kelas. Hanya satu orang yang selalu dicari Lena, Galaksi Awan.

Lena tidak menggubris tatapan teman-teman Awan, ia tetap berjalan santai menghampiri sang pujaan hati.

"Nih buat kamu," Lena menyondorkan sebuah permen tusuk rasa coklat pada Awan, yang di balas tatapan sinis oleh cowok di depannya.

Sebagian teman Awan tertawa pelan, melihat tingkah lucu Lena, masa iya di kasih satu buah permen tusuk harga seribu?

Sebagian juga, terutama cewek mencibir dengan aksi Lena.

"Jijik ewhh."

"Alay!"

"Sok cantik."

"Murah banget Ring, masa permen satu doang, seribu lagi," celetuk seorang cowok dengan rambut acak-acakan, bad boy sekolah. Lena sering mendengar pembicaraan teman-teman satu kelasnya, namanya Bara. Kata mereka, Bara itu tampan, cool, tinggi, dan...seksi?
Lena sempat tertawa pelan waktu itu, dikira Bara ini cewek apa? seksi segala, apanya yang seksi? Lena berpikir keras waktu itu. Maklumlah Lena ini kadang lemot mikir, lola kalau kata Erland.

Lena akui Bara ini tampan, ia masuk di kategori boyfriendable semua cewek. Tapi Lena keburu muak dengan ucapan Bara tadi. Ia langsung menarik pemikirannya 'tampan'. Justru Bara ngeselin, songong, dan sok ganteng, itu yang ada dipikirannya, saat ini.

Lena cukup terkenal di sekolahnya, terutama kelas Awan, X IPA 3. Bagaimana tidak, setiap jam istirahat selalu datang ke kelas mereka, waktu pelajaran speak-speak di depan kelas. Cari perhatian, berharap Awan notice dirinya.

Lena menghiraukan semua cacian dari teman-teman Awan. Kecuali satu, si Bara songong. "Sinis aja lo Batu!" serunya, ia menoleh sengit pada Bara.

Lena juga membenci cowok ini, karena setiap ia datang ke kelas Awan, selalu direcoki oleh makhluk satu ini. Lena tidak tahu maksud terselubung Bara.

Pak Agus masih menatap tingkah siswinya, murid zaman sekarang tidak ada sopan-sopannya, batin guru itu kesal.

AILLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang