Seperti hari-hari biasa, kantin sekolah selalu ramai. Berisi murid yang menuntaskan nafsu makannya setelah usai belajar.
Padahal SMA Huxley menyediakan enam buah kantin di masing-masing angkatan. Setiap angkatan mempunyai dua buah kantin sendiri. Satu untuk pedagang sekitar, dan satunya untuk murid yang ingin berlatih niaga. Kantin SMA Huxley berada di setiap lantai kelas, mulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas.
Tapi, tetap saja yang namanya kantin, selalu penuh di setiap bel istirahat. Ini juga alasan Jordi malas sekali berada di kantin. Lebih baik ia mengisi perut di depan sekolah. Memang jauh, tapi tidak seramai ini. Harganya pun sama.
Di kantin SMA Huxley juga memiliki menu favorit, yang laris dan selalu berebut. Ayam geprek dan pempek.
Menatap kedua sahabatnya dengan raut malas, Jordi berdecak. "Mau pesen apa nih? biar gue yang antri." katanya tanpa minat. Kalau boleh memilih, Jordi lebih baik makan gorengan tiga nampan, dari pada harus berdesak-desakkan demi sepiring ayam geprek.
Erland tersenyum senang, "Geprek sama es teh."
Jordi mengangguk, laki-laki itu beralih menatap sahabatnya yang hanya memberi anggukkan saja. Tambah malas saja Jordi di kantin ini. "Gue beliin baterai atau kuota kalo itu yang buat lo bisa ngomong panjang, Sa. Kesel gue lama-lama temenan sama lo!" dengkusnya sebal.
Jordi tahu maksud Aksa. Anggukkan laki-laki irit bicara itu artinya 'samain'. Tapi, tinggal bilang 'Sama' apa susahnya sih? heran Jordi.
Apalagi stand ayam geprek itu di dominasi kaum cerewet, siapa lagi kalau bukan perempuan. Hal ini juga menjadi salah satu alasan Jordi malas dengan kantin sekolahnya. Belum juga sampai, suara berebut siapa dulu yang pesan langsung memasuki indra pendengarannya.
Pada dasarnya, Jordi adalah laki-laki yang malas atau belum mau berdekatan dengan kaum hawa. Ia belum siap menjaga anak orang. Pasti menjengkelkan dan merepotkan.
Menoleh sekilas ke belakang, memandang Aksa dan Erland yang malah bercengkrama. Membuat Jordi kesal bukan main. Posisinya sekarang seperti pembantu saja. Memang sih tadi ia yang menawarkan ingin memesan makanan, tapi ya bukan ayam geprek juga dong. Makanan lain yang di dominasi pembeli laki-laki kan bisa.
Baru saja Jordi menolehkan kepalanya kembali, ingin melangkah mendekat stand ayam geprek, tapi sebuah guyuran air menyambut wajahnya. Memejamkan mata sejenak, Jordi bisa mencium bau yang keluar dari buah jambu. Jus jambu.
Membuka matanya, Jordi langsung di sambut dengan usapan kasar di wajahnya oleh tisu yang dilakukan seseorang. Saat ini Jordi hanya mendengar kata maaf yang terucap berkali-kali dari seorang cewek di depannya. Entah menguap kemana suara berisik seperti pasar tadi.
Jordi mengedarkan pandangannya, semua manusia di tempat ini tampak menutup mulut sembari memandangnya kasihan. Termasuk Erland dan Aksa. Jordi kembali menatap depannya saat sentuhan lembut menyapu pipinya. Dan ternyata dari seorang cewek bermata cokelat madu.
Jordi menggelengkan kepala, menepis pikiran aneh yang bersemayam di otaknya sesaat. Cewek di depannya menatap Jordi dengan penyesalan yang ketara sekali, "Maaf, ya?" senyum manis terbit begitu saja.
Jordi terdiam sejenak, merasakan degup jantungnya yang mulai berdetak cepat. Sumpah, baru kali ini Jordi bersentuhan fisik dengan makhluk Tuhan berjenis kelamin perempuan yang belum di kenalnya dekat.
Tepukkan yang lagi-lagi terasa lembut di pipinya menyadarkan Jordi dari pikiran dan fokus mata tertuju pada senyum manis cewek itu. "Iya, gue maafin." Shit! padahal ia akan memaki cewek ini, tapi kenapa ia justru memaafkannya.
Bener-bener pengaruh cewek pada laki-laki. Sangat fatal.
Jordi akui ia lemah dengan senyumnya."Udah, thanks." kata Jordi lalu melangkah menjauh dari cewek yang ia tidak tahu namanya. Memesankan pesanan Aksa dan Erland dan kembali dengan muka kotor.
Dengan kasar, Jordi meletakkan tiga piring geprek dengan nasi yang masih mengepul dan tiga gelas es teh di meja. Cowok itu berjalan untuk membasuh mukanya yang terasa lengket tanpa berkata apapun.
Kerlingan jahil dari Erland dan senyum miring terpatri di bibir Aksa saat Jordi kembali ke meja mereka, mampu membuat mood Jordi buruk. Pasti, ia akan menjadi bahan ledekan teman-temannya, lihat saja.
"Cie...yang tadi salting. Gimana Jo, habis di grepe-grepe cewek cakep. Enak?" tanya Erland jahil.
Melempar tulang ayam, Jordi mendengkus kesal. "Grepe-grepe pala lo!" sembari menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Jorok!" sahut Aksa saat melihat kelakuan Jordi.
Menatap Aksa nyalang, "Kenapa? nggak terima? mau apa? nasi gue? nih gue kasih. Nggak minat makan gue." semprot Jordi sembari menyondorkan piring gepreknya yang sudah tak tertata rapi.
Menatap jijik piring Jordi, Aksa kembali melanjutkan makannya. Tak memperdulikan Jordi yang tengah curi-curi pandang ke arah piringnya.
Erland yang mengerti, bergerak mendorong piring Jordi ke arah pemiliknya, "Nih makan, salting juga butuh tenaga," kekehnya.
"Tai lo Er!" umpat Jordi kesal.
Dari pada ia terus di pojokkan, Jordi jadi teringat sesuatu. Sambil memakan makanannya yang sempat ia berikan pada Aksa tadi, Jordi berucap, "Kemarin gimana, Sa?"
Aksa menatap Jordi sekilas, "Dia nggak pulang tiga hari." jawab Aksa santai.
Jordi menggebrak meja kantin hingga menimbulkan suara nyaring dibarengi dengan loncatnya sendok geprek Jordi. Sampai getar. Membuat ketenangan sebagian manusia di kantin ini terusik dengan tingkah aneh Jordi.
Mengabaikan tatapan terganggu orang di sekitarnya, "Fiks! kecurigaan gue OTW benar." katanya senang. Cowok itu kembali duduk, mengabaikan tatapan sinis yang berasal dari murid yang terganggu. Cowok itu mendekat ke arah Erland dan Aksa, "Gue nanti mau jadi penguntit dadakan," bisiknya seraya tersenyum miring.
Memutar bola matanya, Aksa berseru sebal, "Up to you!"
"Gue ikut," putus Erland, setelah memikirkan matang-matang perkataan Jordi yang jarang sekali berhasil. Namun kali ini, Erland setuju dengan pemikiran Jordi. Tidak salah kan mencoba?
Cowok dengan rangkaian peralatan detektif di otaknya, memandang temannya yang belum mengeluarkan keputusan.
Aksa mengangguk seadanya. Respon Aksa yang biasa itu disambut gembira oleh Jordi. Sampai cowok itu bertepuk tangan dengan ritme cepat. Pasalnya, jarang sekali temannya yang satu ini mau mengikuti kegiatan absurd-nya.
Erland dan Aksa mendekat pasrah saat Jordi dengan antusias tingginya tengah membisikkan rencana detektif versi anehnya. Dengan setengah hati Erland dan Aksa memberi respon berupa anggukkan ragu saat Jordi menanyakan pendapat.
Jadi, mulai nanti pulang sekolah. Erland, Jordi, dan Aksa akan mengikuti kemana perginya Alan, menggunakan motor masing-masing.
Semoga saja, ide absurd bin aneh milik Jordi ini mampu membuahkan hasil yang memuaskan bagi Erland dan keluarga Lena.
Semoga juga, dengan cara ini, Erland bisa melepas rindu dengan sahabat kecilnya saat sudah tiga hari tidak bertemu.
Dan semoga saja, Erland bisa bersua dengan Lena hari ini.
Semoga saja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
AILLENA
Fiksi RemajaAillena Nerissa. Gadis ceria yang memiliki banyak teman laki-laki dan satu perempuan-teman semeja lebih tepatnya. Gadis friendly pecinta permen gagang ini menyukai teman satu angkatannya, bukan cinta dalam diam melainkan cinta dalam bar-bar. Sampai...