Gadis itu berlari tergopoh menaiki anak tangga menuju rooftop gedung kiri sekolahnya. Tempat ia bertemu dengan kakak kelasnya.
Seusai membuka pintu, pandangannya menelisik setiap sudut rooftop. Gadis itu bernafas lega, kakak kelasnya yang meninggalkan tanggung jawab itu belum datang.
Dengan langkah ringan, gadis itu berjalan menuju pembatas rooftop, seraya menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajah manisnya.
Srek!
Berhenti melangkah, tatapannya berubah waspada. Memutar badan, meneliti keadaan. Tepat di sampingnya, ia melihat kaki manusia, tanpa badan. Berjalan mendekat guna membuktikan.
Kaki dengan celana abu itu bergerak, menambah sensasi horor mencekam di sekitar gadis itu. Mengendap seperti takut ketahuan, gadis itu memantapkan hati untuk mendekat.
"Dor!" kejutnya saat berhasil menemukan seonggok manusia melanggar aturan. Tengah merokok dengan santainya, seolah tak akan ada yang tahu. Karena posisi cowok itu sedang bersembunyi.
Sempat terkejut, namun kembali ke ekspresi semula, "Ngagetin aja lo." ia mendengkus, dan kembali menghembuskan asap rokoknya.
Terbatuk beberapa kali, gadis itu menatap sinis kakak kelasnya, "Matiin dulu kak rokoknya," titah Lena kesal.
"Kenapa?"
"Aku alergi asap," jawabnya asal.
Tanpa membantah, kakak kelasnya itu menginjak putung rokok yang lumayan panjang, kelihatan baru digunakan, menjadi bentuk tak beraturan. Ia mendongak, "Jadi?"
"To the point banget sih, kak. Santai napa," ujar Lena, merendahkan badan, duduk di depan Mahen.
"Gue ada urusan. Cepet ngomong."
"Yaelah, sok sibuk."
Kakak kelasnya itu memutar bola matanya, "Gue pergi nih," ucapnya bangkit berdiri.
Lena segera menahan kaki besar Mahen, "Jangan dong Kak, jadi gini...duduk dulu deh! nggak enak ngomong sambil berdiri." perintahnya.
Lagi, kakak kelasnya itu sangat penurut, buktinya langsung menempatkan diri di tempat semula.
"Gimana ya ngomongnya?" kikuk Lena, duduk dengan gusar.
"Gak jelas!"
"Sabar kak, susah tau mulainya." kesal Lena. "Emm, kakak pernah nabrak orang?...waktu balapan, malam hari," kata Lena. Ada sedikit kelegaan tersendiri di dalam hatinya.
Mahen menegang seketika, cowok itu terlihat gelisah, "Lo tau dari mana?" enggan menjawab, malah balik bertanya.
Lena tersenyum kecut, "Kakak nggak perlu tau soal itu. Sekarang jawab, apa kakak bener pelakunya?" gadis itu hampir kehilangan kesabaran.
"Bukan! lo siapa sih? kepo banget," elak Mahen.
"Kakak nggak usah bohong!" jerit Lena. "Kakak mau tau aku siapa? aku adalah anak dari pemilik mobil juga orang yang kakak tabrak!" nafas Lena memburu juga ke dua tangan yang mulai mengepal kuat, "Dan kakak nggak akan pernah cari korban balapan kakak 'kan?" Lena tersenyum miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILLENA
Teen FictionAillena Nerissa. Gadis ceria yang memiliki banyak teman laki-laki dan satu perempuan-teman semeja lebih tepatnya. Gadis friendly pecinta permen gagang ini menyukai teman satu angkatannya, bukan cinta dalam diam melainkan cinta dalam bar-bar. Sampai...