Langit memancarkan warna orange bergradasi merah dan kuning saat Lena mendongak ke atas. Gadis itu tersenyum manis kala matanya masih bisa menikmati semburat warna indah di atas sana. Walau hanya sekejap, tapi bisa menyejukkan mata bagi orang yang suka dan tentu melihatnya.
Andai saja ia bisa mendekat ke sana, mungkin ia akan terus berbahagia dan tersenyum. Karena senja adalah moodboster-nya.
Keterkagumannya itu tak berlangsung lama saat sebuah tangan menyentuh bahunya. Lena menoleh ke samping, ternyata Awan.
Dari raut wajahnya saja sudah terlihat kalau gadis itu merasa risih, dengan pelan Lena menurunkan tangan besar Awan dari pundaknya, "Malu, dilihatin orang." Gadis itu melirik gelisah orang-orang yang memandangnya di depan pusat mall ini.
Sembari berjalan memasuki pusat perbelanjaan, "Ya nggak papa, biar orang pada tau, kalau..." Awan menggantung kalimatnya, laki-laki itu mendekatkan bibirnya di samping telinga Lena, "...kamu milik aku," di akhiri dengan kecupan singkat di telinganya.
Lena sukses terbelalak, gadis itu menatap garang laki-laki di sampingnya. Dibalas Awan dengan alis yang diangkat sebelah. Seolah laki-laki itu tidak melakukan kesalahan apa-apa. Menyebalkan.
Lena menghembuskan nafas, ia berjalan cepat menaiki eskalator. Meninggalkan Awan di belakang. Menurut Lena, laki-laki yang sekarang menjadi pacarnya itu berubah 180 derajat. Dulu, laki-laki itu ogah berinteraksi dengannya, bahkan menatapnya pun malas, tapi sekarang?
Ada yang aneh. Atau emang sifat orang bisa berubah dengan cepat ya? kalau iya, Lena baru tahu.
Laki-laki itu menggulung kedua bagian lengan hoodie biru donker-nya sampai siku, lalu berjalan menyusul Lena, dengan langkah cepat.
Awan menarik tangan kanan Lena, membuat gadis itu berbalik seketika, sampai wajah serta badan Lena bertubrukkan dengan dada bidang Awan. Laki-laki di depannya tersenyum, "Cie... malah minta di peluk. Katanya malu?" godanya.
Refleks, Lena memukul dada Awan kencang, "Geer!" bukannya blushing, justru gadis itu mendumel tidak jelas. Tak lama Lena menatap tajam Awan, "Sebenarnya kita kesini mau ngapain sih?"
Awan menarik Lena mendekat, laki-laki itu menautkan tangan mereka, "Kita mau seneng-seneng di sini. Makan, belanja, main, nonton!" katanya semangat.
Lena memutar ke dua bola matanya, "Ngeluarin duit lagi," gerutunya sebal. Memang Aillena Nerissa adalah salah satu manusia yang tak rela uangnya terbuang sia-sia. Antara hemat atau pelit. Kecuali, jika ditraktir. Siapa juga yang akan menolak?
"Tenang Sayang, aku traktir." ujar Awan santai.
"Ikhlas kan?"
"Ikhlas lahir batin!"
Lena menyunggingkan bibirnya, "Oke! sekarang kita mau kemana dulu?"
"Belanja yuk!"
Lena melirik sinis Awan, "Cowok suka belanja? aneh."
Awan menoleh cepat, ia mengacak rambut Lena pelan, "Emang cewek doang yang boleh belanja?"
"Ya, enggak sih. Tapi jarang lho cowok mau diajak shoping."
"Aku juga salah satu cowok itu." Awan tersenyum samar, "Aku kesini cuma mau buat kamu bahagia, Lena." laki-laki itu menatap dalam manik mata Lena.
"Tapi bahagiaku bukan belanja, Wan. Bahagiaku..."Lena menatap balik Awan, gadis itu tersenyum manis, Lena menyentuh ujung hidung mancung kekasihnya, "...kamu bisa setia di sampingku. Kamu mau kan?"
Awan ikut tersenyum manis, ia membalas menyentuh ujung hidung Lena, "Pasti."
"Akan aku lakukan biar bibir ini tersenyum bahagia, karena Galaksi Awan seorang," lanjut laki-laki itu seraya menyentuh bibir ranum Lena.
Lena tersenyum, "Yaudah, kita mau belanja apa?" jujur Lena sedikit tersipu dengan ucapan Awan barusan.
"Baju, mau?"
Lena mengangguk, tidak buruk. "Mau."
Awan memeluk pinggang ramping Lena, laki-laki itu mendekatkan bibirnya lagi di samping telinga gadisnya, "Lena, boleh aku egois?" bisiknya.
"Boleh, asal jangan berlebihan."
"Kalo aku suruh kamu jauhin Erland, mau?"
Lena berhenti berjalan, ia menatap bingung Awan, "Maksudnya?"
"Jauhin Erland, demi aku."
Lena menarik nafasnya, "Nggak bisa, tapi aku akan berusaha buat jaga jarak sama Erland, demi kamu." gadis itu mencoba memberi pengertian, "Kamu tau sendiri kan, Erland itu temen kecil aku sampai sekarang."
"Oke, itu juga nggak papa, asal kamu bisa jaga hati."
Jaga hati.
Hati.
Lena menatap gamang interaksi penjual dan pembeli salah satu stand baju di sebrang mereka, entah kenapa hatinya sedikit terusik. Gadis itu diam tak menjawab juga pasrah saat Awan membawanya ke stand baju couple.
"Mau yang mana Lena, putih atau hitam?" tanya Awan, berhasil mengalihkan pikiran Lena.
Gadis itu menatap dua buah baju couple yang diangkat tinggi-tinggi Awan, "Alay nggak sih, couple-couplean?"
"Menurut aku, enggak. Biar serasi gitu." alasan Awan.
Lena menilai dua buah baju couple itu, "Yang hitam bagus deh, kayaknya," putusnya.
Awan mengangguk, laki-laki itu meninggalkan Lena untuk memesan dan membayar baju mereka.
Tak berselang lama Awan kembali dengan satu buah paper bag putih di tangan kanannya, "Makan yuk, udah malem."
Lena mengangguk, ia membiarkan tangannya kembali diraih dan digenggam hangat oleh tangan besar Awan.
***
Follow Istagram:
@moozyedeva
@aillena._
KAMU SEDANG MEMBACA
AILLENA
Teen FictionAillena Nerissa. Gadis ceria yang memiliki banyak teman laki-laki dan satu perempuan-teman semeja lebih tepatnya. Gadis friendly pecinta permen gagang ini menyukai teman satu angkatannya, bukan cinta dalam diam melainkan cinta dalam bar-bar. Sampai...