Tuk! Tuk! Tuk!
Berulang kali gadis berkucir kuda itu mengetuk bolpoin ke dagunya. Berharap dengan begitu ia mendapatkan jawaban atas soal di genggamannya.
Mengedarkan pandangan untuk mencari contekan. Melirik sana sini, dengan mata memincing. Namun nihil, semua temannya rapat dalam menutup kunci jawaban. Dasar pelit!
X IPA 1 adalah kelas dengan suasana hening dan sunyi, mungkin hanya cewek ini yang sedari tadi bergerak gelisah. Seakan kursinya tidak nyaman ditempati. Kelas yang hanya diisi oleh murid di rangking teratas, termasuk dirinya. Seolah ujian kali ini adalah ujian hidup yang menentukan surga nerakanya orang, sangat konsentrasi dan serius.
Lena perhatikan, teman-temannya banyak yang menggerang frustasi sampai menjambak rambutnya sendiri, berlebihan kan?
Gadis itu bergidik ngeri saat netranya menangkap teman cowok berkacamata di kelasnya mengetok kepala ke dinding, sangat keras karena ia berhasil mendengar suara 'dug' beberapa kali. Emang nggak sakit tuh kepala?
Dan banyak hal aneh yang ia dapatkan semasa ujian tengah semester dua kali ini. Hanya ada dua yang tidak ia dapatkan, dan mungkin akan didapatkan di kelas lain. Kelas ini, X IPA 1 tidak pernah menyontek bahkan berbisik yang hanya untuk bertanya soal yang tidak atau belum jelas. Sangat hening dan sunyi, berasa Lena ujian di kuburan. Sangat menganut kejujuran. Hebat!
Beberapa kali ia ragu saat akan membuka kertas kecil berisi materi yang sempat ia tulis kemarin. Dan tentunya Erland tidak tahu, sebab ia tulis saat pulang dari belajar bersama.
Hanya akan membuka sedikit saja, sampai membuat keringat di dahinya bercucuran. Seperti uji nyali saja.
Memang orang yang terbiasa jujur, akan sulit bahkan takut untuk melakukan kebohongan, untuk hal sekecil pun.
Menunduk dan melihat sedikit saja, pun langsung dapat menjawab soal yang sedari tadi membuatnya bimbang. Didukung juga dengan pengawas yang izin keluar sebentar. Sangat aman untuk mencontek.
"Jangan nyontek! ketahuan nyontek awas lo sama gue! inget Len kejujuran lebih utama dari pada nilai ujian."
"Nilai ujian jelek, bisa diperbaiki. Tapi, kalau kejujuran udah nggak ada, maka akan sulit mendapatkan kepercaya orang. Lebih parahnya lagi, susah cari pekerjaan."
Sekelebat ucapan Erland kemarin, masuk dipikirannya, "Ahh, si bapak satu itu kalau udah kasih petuah, lemah gue. berasa gue kayak anak kecil yang harus nurut bahkan wajib untuk ngelakuin semua omongannya," gumam Lena, tanpa sadar ia merobek contekan yang susah-susah ia buat, menjadi lembaran kecil yang tidak bisa untuk dibaca lagi.
Menghembuskan nafas pasrah, Lena mulai melingkari jawaban menggunakan pensil digengamannya.
"Kalo jujur, pasti ada jalan. Tenang, Tuhan masih bersama orang baik."
"Gue pegang kata-kata lo, Er." gumamnya lagi sembari mengisi jawaban yang masih kosong, tanpa membaca soal. Nama lainnya, lingkar indah.
***
Mengayunkan langkahnya santai menuju parkiran sekolah. Misi ini akan ia mulai sekarang, pulang sekolah. Dengan melihat kakak kelas yang akan menaiki motor sport merah yang masih terparkir rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILLENA
Teen FictionAillena Nerissa. Gadis ceria yang memiliki banyak teman laki-laki dan satu perempuan-teman semeja lebih tepatnya. Gadis friendly pecinta permen gagang ini menyukai teman satu angkatannya, bukan cinta dalam diam melainkan cinta dalam bar-bar. Sampai...