4. GALAKSI AWAN

147 6 0
                                    

Maaf, rotasiku bukan hanya kamu saja, tapi kehidupanku juga.

Aillena Nerissa

***

Saat bel istirahat berbunyi nyaring, Lena bergegas menuju kantin membeli makanan untuk dirinya dan orang yang ia sayang, Galaksi Awan.

Dengan susah payah Lena berdesak-desakkan dengan murid lain. Ia mengambil roti harga dua ribu dan minuman dingin. Biasannya istirahat seperti ini dimanfaatkan oleh Awan untuk tidur di kelas.
Sengaja gadis itu membeli roti, alasannya, biar perut Awan terisi.

Setelah membayar, Lena berjalan menuju kelas Awan, ia bersenandung kecil, menyanyikan lagu kesukaannya.

Kurang lima langkah Lena sampai di pintu kelas X IPA 3, ia menambah kecepatan dengan berlari kecil. Saat Lena berbelok di ambang pintu kelas, ia dikejutkan dengan tubuh tinggi laki-laki. Refleks ia menghentikan langkahnya, jarak tubuh Lena dengan cowok di depannya tinggal satu jengkal tangan, sangat dekat. Lena mendongak ke atas, menatap siapa gerangan cowok yang menghalangi jalannya. Ia mendengkus kesal, setelah tau siapa cowok itu.

"Ngapain Ring?" tanya cowok itu.

Masih dalam posisinya Lena mengerutkan glabelanya, sambil menunjuk dirinya, menggunakan jari telunjuk tangan kanannya. Lena berucap, "Lo ngomong sama gue?"

"Bukan! gue ngomong sama Alien nyasar, yang nggak tau kendaraannya parkir di mana." ujar cowok itu, jengkel.

"Oh," jawab Lena mengerti. "Minggir! gue mau masuk."

Dia, Bara Elvano. Cowok yang suka menganggu hari-hari Lena pendekatan dengan Awan.

Bara merentangkan tangannya, menutup akses jalan Lena, agar gadis itu tidak bisa masuk, "Ada syaratnya," ujarnya santai.

Lena memutar bola matanya, "Paan?"

Dengan menegadahkan tangan kanannya Bara berkata, "Kasih gue uang dua puluh ribu," ia terkekeh dengan ucapannya.

Lena melotot, orang tajir seperti Bara tidak punya uang dua puluh ribu? mustahil!

"Lo kere sekarang?"

Teman-teman Bara yang ada di belakang cowok itu tertawa puas dengan candaan yang di buat Bara.

"Lo percaya?"

Dengan wajah polos Lena mengangguk, yang tambah membuat teman-teman Bara tertawa terpingkal.

Bara memijat pelipisnya, ada ya cewek bego seperti Lena?

"Bukan geblek," Bara menepuk dahi Lena kencang membuat cewek di depannya mundur beberapa langkah, "Sakit anjir," gerutunya sambil mengusap jidat.

"Password-nya dulu," ucap Bara iseng.

Lena mengangkat alis kirinya, masih belum paham apa yang dikatakan Bara.

Bara berdecak, "Dasar lola, yaudah kalau lo nggak tau password-nya..." Bara menggantung kalimatnya. Cowok itu menyerigai, Bara menunjuk pipi kirinya, "Nih cium." katanya, kelewat santai.

Lena melotot, "Gila lo!" ia mendorong badan besar Bara dengan sekuat tenaga, tapi nihil kekuatannya tidak cukup, "Minggir nggak?!" ujar Lena marah. Bara menggeleng, "Minggir!" Lagi-lagi Bara menggeleng, "Cium dulu."

Lena berhenti, sedetik kemudian ia menyerigai balik, "Kurang belaian, Mas?" ia terkekeh dengan ucapannya.

Dengan muka merah menahan malu, Bara bergegas menuju kantin, diikuti teman-temannya di belakang.

AILLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang