8. RUMAH POHON

91 4 1
                                    

Jangan sombong, dilihat dari angkasa juga lo nggak akan kelihatan.

AILLENA

***

Seorang gadis tengah menaiki tangga dengan hati-hati, setelah 12 anak tangga berhasil ia pijak dengan selamat. Akhirnya ia bisa menikmati senja di atas pohon, sungguh indah di mata.

Lena tersenyum, senja adalah moodboster-nya ia sangat menyukai senja. Dengan senja juga ia melupakan segala hal yang ada dalam pikirkannya.

Samar-samar Lena mendengar suara kaki orang menaiki anak tangga, ia menundukkan kepala, tak lama gadis itu tersenyum lebar. Di bawah sana seseorang yang ia tunggu-tunggu sedang berusaha naik ke atas pohon.

Lena berjalan menghampiri sahabatnya, ia masih mengukir senyum manisnya.

"Mau nginep sini?"

Lena berpikir sejenak lalu mengangguk, "Temenin ya?"

"Temenin apa dulu nih, nonton atau tidur?"

"Dua-duanya."

Erland terkekeh, "Masih belum berubah ya? masih sama kayak bocah."

Lena memberenggut, "Yaudah, kalau lo nggak mau nemenin gue. it's oke, lo boleh pergi."

Erland tersenyum jahil, "Yakin berani?"

"Berani! siapa takut."

"Nggak ah gue nemenin lo aja, nanti lo nggak bisa tidur lagi." Erland mengerling jahil.

"Ihh, dibilang gue berani! sana keluar," Lena mendorong tubuh Erland ke arah tangga rumah pohon mereka.

Saat sampai di tangga, "Turun sana," usir Lena.

"Nggak."

"Tu-arkh!" Belum sempat Lena menyelesaikan ucapannya, ia terplesat kayu yang licin, karena memang tadi siang hujan gerimis. Lena memejamkan matanya, berharap ia tidak terluka parah. Tapi Lena tidak merasakan sakit di bagian tubuhnya. Dalam pikiran Lena tadi ia sudah terjatuh di bawah sana. Tetapi yang Lena rasakan adalah dua buah tangan kekar melingkar di pinggangnya.

Perlahan tapi pasti, Lena membuka mata. Pertama yang ia lihat, wajah tampan Erland dan ia juga bisa merasakan deru nafas hangat Erland yang menerpa wajahnya.

Erland menatap Lena lekat, "Hati-hati," cowok itu menjawil hidung mancung Lena.

Erland melepas lingkaran tangannya di tubuh Lena. ia berjalan menuju kursi lebar dari kayu di sudut ruangan, sambil memainkan ponsel.

Lena mengerjapkan matanya beberapa kali, masih belum percaya dengan adegan singkat itu. Perempuan itu berjalan menghampiri sahabatnya, ia berdiri kikuk di depan Erland yang terpaut dua langkah dari Lena berdiri.

"Makasih."

Erland mendongak, "Hm."

"Kok jadi canggung gini ya Er?"

Erland hanya mengangkat bahunya, ia masih asik dengan dunianya sendiri, dunia maya. "Jadi temenin nonton nggak?"

Lena mengangguk, ia berjalan menghampiri lemari kecil di samping ranjang mini rumah pohon mereka.

AILLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang