Jangan terlalu memikirkan kata orang, belum tentu orang itu ingat tadi dia bilang apa.
AILLENA
***
"Duluan ya, Er!" teriak Lena saat mereka sampai di parkiran sekolah.
"Tu-" ucapan Erland terhenti kala Lena sudah berlari masuk ke area sekolah.
Baru saja Erland akan memberikan nasi goreng buatannya untuk sarapan Lena--terlepas dia sarapan atau belum, Erland tidak tahu-- Lena keburu lari kencang masuk ke dalam gedung sekolah. Erland sangat jago dalam hal memasak, bahkan ketika makan malam Lena sering datang ke rumahnya, ikut gabung dengan keluarga Erland makan malam.
"Yaudah lah nanti aja, waktu istirahat," gumam Erland, mengamati sekotak makanan yang ia genggam.
***
Lena celingukkan di depan pintu masuk kelas Awan. Ia tersenyum sumringah saat menemukan Awan sedang berbaring di atas lantai kelas yang dingin. Gadis itu berjalan riang menuju tempat Awan tidur. Ia menenteng satu bungkus permen isi sepuluh biji di tangan kanannya, yang dibelikan Erland kemarin.
Lena duduk bersila di depan wajah tenang Awan yang sangat pulas dan polos dalam tidurnya. Lena masih terus mempertahankan senyumnya, meneliti setiap inci pahatan ciptaan Tuhan yang tidak ada kurangnya dalam fisik sama sekali, sangat tampan.
Lena sempat berpikir, kapan Awan datang ke sekolah? padahal dirinya datang cukup pagi.
Lena mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kelas Awan. Tepat di meja nomor tiga dari depan Lena melihat benda yang ia cari, segera saja ia bangkit dan mengambil benda tersebut.
Lena menyapukan pandangannya lagi, setelah menemukan benda kedua yang ia cari ia segera berjalan menghampiri siswi berkaca mata--teman Awan-- yang sedang menulis terburu-buru.
Lena merampas bolpen yang di genggam siswi tersebut, sampai suara pekikkan nyaring ia dapat karena mencoret sedikit bukunya, "Pinjem bentar, Sri" ucap Lena sok tau. Ia mendaratkan pantatnya di depan siswi itu. Gadis itu mulai menulis kata demi kata untuk Awan. Agar cowok itu menerima sebungkus permen yang ia bawa, tanpa mengganggu tidurnya.
"Namaku bukan Sri," ucap siswi itu.
Merasa ada yang mengajaknya bicara Lena mendongakkan kepalanya. Ia mengangkat satu alisnya, menunggu siswi itu melanjutkan bicaranya.
"Namaku Dita" ujarnya tersenyum.
'Nggak penting juga sih.'
Lena terkekeh garing, "Ya. salam kenal, gue Lena," ucap Lena membalasnya.
"Udah tau."
Lena mengangguk, ia kembali menulis dengan tergesa pasalnya ia mendengar bunyi bel masuk sudah dibunyikan.
Setelah puas dengan kalimatnya, Lena segera mengembalikan bolpen yang ia pinjam, "Makasih ,Sri!"
'Dibilang namaku bukan Sri! ish...'
Lena meletakkan kertas dan sebungkus permen itu di samping Awan tidur, ia segera bangkit dan berjalan keluar menuju kelasnya.
Dengan tersenyum lebar, Lena menikmati setiap langkahnya. ia membalas tersenyum kala ada teman yang menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILLENA
Teen FictionAillena Nerissa. Gadis ceria yang memiliki banyak teman laki-laki dan satu perempuan-teman semeja lebih tepatnya. Gadis friendly pecinta permen gagang ini menyukai teman satu angkatannya, bukan cinta dalam diam melainkan cinta dalam bar-bar. Sampai...