16. PELAKU

88 4 2
                                    

Kalau di kasih pilihan, kamu pilih jadi sahabat atau pacar?

#sahabatcowok

Moozye

***

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring menandakan kegiatan belajar mengajar telah usai. Seorang laki-laki yang duduk di bagian tengah paling belakang dengan tergesa membereskan peralatan belajarnya. "Duluan ya," ujarnya saat guru mapel berjalan meninggalkan kelas.

"Tumben buru-buru?" tanya Jordi, teman satu mejanya. Namun tak digubris oleh Erland. Laki-laki itu justru berjalan sesekali berlari ke arah parkiran sekolah.

Jordi mendengkus kesal, ia beralih ke depannya. Tempat duduk Aksa dan wakil ketua kelas mereka. "Sa, si Erland kenapa buru-buru?"

"Mana gue tau." Jawabnya cuek, tanpa menatap balik Jordi.

"Ye, biasa aja dong!"

Aksa tak menjawab, cowok itu bergerak berdiri. Berjalan santai meninggalkan Jordi yang mengumpat tidak jelas di dalam kelas seorang diri.

***

Ceklek!

Gadis di dalam menoleh dengan ekspresi terkejut, ia mendengkus kesal saat mendapati sahabatnya tengah terkikik geli, "Kaget ya?" tanyanya jahil.

"Pikir aja sendiri." Jawab Lena cuek.

"Yah gambek lagi." Erland mengangkat satu kantong putih di gengamannya. "Mau nggak?" tanyanya mengoda.

"Nggak!"

"Enak lho. Wangi lagi," Erland genjar mengoda Lena. Ia mendekatkan kresek putih itu di dekat hidung mancung sahabatnya.

"Apaan nih?" Lena merebut paksa kantong kresek itu. Ia langsung membukanya dan mengambil sepotong makanan di dalamnya.
Mengunyahnya pelan seraya menatap ponsel.

"Martabak spesial buat orang spesial." Jawab Erland.

Cowok itu Mendaratkan pantatnya di kursi meja belajar Lena.

"Ah, sosweet. Makin sayang." kata Lena terkekeh.

Erland membalas dengan senyum manisnya. "Sayang karena di belikan martabak tiga puluh ribu kan? Coba kalo kagak, emang masih sayang?" tanya Erland jahil.

"Sayang lah! tetap sayang Erland."

Erland tersenyum samar.

"Mandi belum?" tanya Erland.

Lena mengangguk, "Udah. Sekarang?"

"Yaudah ayo, keburu malam." Erland bangkit dari duduknya, ia melangkah keluar dari kamar bernuansa biru laut itu. Menunggu sahabatnya di ruang tamu rumah Lena.

Tak berselang lama suara sepatu beradu dengan keramik marmer rumah Lena terdengar nyaring di telinga Erland. Cowok itu menoleh. Mendapati Lena dengan pakaian sederhananya.

"Yuk Er," ajak Lena semangat.

Sore ini mereka akan menjenguk Papa Lena di rumah sakit yang sama dengan Lena kemarin. Menggunakan kuda besi berwarna putih milik Erland, mereka membelah jalanan kota Jogja yang ramai.

AILLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang