32. TIMBAL BALIK

52 2 0
                                    

"Udah lama ya?" suara bariton disertai tarikan kursi yang berdecit di depannya berhasil mendongakkan kepala cewek berambut panjang itu.

Memutar bola mata sembari mendelik kesal, "Menurut lo?" judesnya.

"Santai kali, pesen makan dulu sana. Gue traktir," laki-laki di depannya terkekeh.

"Nggak perlu!" sarkasnya. "To the point aja nih. Gue tanya, lo itu bisa nggak sih, jaga cewek lo?" tanyanya sinis, "Larang cewek lo. Jangan suka kecentilan, sana-sini diembat!" cerocosnya sebal.

Laki-laki berjaket hitam itu tertawa pelan. Merasa lucu dengan aduan cewek cantik di depannya. "Males jaga dia, susah diatur. Mending jaga lo aja. Gimana, mau?" katanya, mengerling jahil.

Cewek berpakaian merah menyala itu menatap jijik laki-laki di depannya, "Dih! gue juga males dijaga lo!" balasnya pedas.

Memang laki-laki bertopi abu-abu di depannya ini bisa dikatakan tampan. Namun sayang, hatinya hanya untuk pria tinggi, pintar, dan lebih tampan dari laki-laki di depannya. Pria itu adalah teman satu kelasnya yang sangat manis saat tersenyum. Sungguh menawan.

"Sok jual mahal!"

"Emang mahal!" balas cewek itu sombong seraya memilin rambut panjangnya.

"Berapa?"

"Nggak dijual!"

"Lah?" dari tatapannya saja laki-laki itu sedikit kecewa. "Gimana sih, anah! tapi lucu." ucapnya sambil menaik-turunkan kedua alisnya bergantian.

"Udah deh, nggak usah ngomong kayak gitu. Gini, sekarang lo harus stand by sama cewek lo. Jangan kasih kendor dan jangan sampai cewek lo dekat sama cowok lain! ngerti?"

"Sedikit. Tapi imbalannya apa?"

Gadis itu mengernyit bingung, "Imbalan? bukannya lo udah janji mau balas dendam ke sahabat kecil sepupu lo. Kok minta imbalan ke gue?"

"Ya, karena lo ada untungnya buat gue."

Mengerutkan keningnya, "Apa?"

"Jadi pacar!" gamblang laki-laki itu.

"Lo gila atau nggak waras?" herannya.

"Sama aja," sembari memutar bola matanya. "Gimana, mau nggak?"

"Lo kan udah punya cewek, masih kurang?"

"Gue jadian sama dia juga terpaksa, kalo lo lupa,"  jawab laki-laki itu. "Gimana? kalo lo nggak mau, yaudah biar gue bantu sepupu gue aja, mager bantu lo. Nggak ada untungnya!" cetus cowok itu tidak main-main, kata-kata yang di ucapkannya serius juga tatapan yang menusuk.

Dua menit berlalu ia menunggu jawaban dari cewek di depannya, hampir saja ia mengambil kunci motor untuk pergi dari kafe ini. Namun suara nyaring nan merdu milik cewek itu berhasil menghentikan aksinya. Ia tersenyum miring lantas berbalik badan. Menaikkan sebelah alisnya, menunggu perkataan yang keluar dari bibir berwarna taffy pink hasil liptint itu. 

Cewek itu tergagap sejenak, "Iy-iya gue mau. Asal lo bantu gue." pasrahnya.

Laki-laki bercelana robek-robek itu tersenyum manis. Ia mendekat, membelai rambut hitam pacar baru sekaligus pacar keduanya penuh kelembutan, "Gitu dong. Terima kasih Sayang."

AILLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang