Perempuan itu tak henti-hentinya mendumel. Menyalahkan Papanya yang memutuskan sesuatu tanpa konfirmasi terlebih dahulu dengannya.
Berkali-kali ia meremas tali tas slempangnya, menyalurkan rasa gemas terhadaap sifat Papanya.
Juga kedua kaki yang tak bisa untuk tidak menimbulkan suara menghentak. Persis seperti anak kecil.
Dengan kasar, Lena mendaratkan pantatnya di halte. Menunggu seseorang di sini. Lebih baik dari pada di rumah.
***
"Rumah kamu, Wan?" tanya Lena saat netranya menangkap rumah mewah di depannya.
"Bukan, rumah bokap," jawab Awan sekenanya.
Lena manggut-manggut. Mereka berjalan bersisihan memasuki halaman luas rumah Awan. "Tunggu di situ, gue mau ambil gitar," suara Awan menghentikan langkah Lena, gadis itu mengikuti arah pandang Awan. Gazebo kayu.
Lena mengangguk, ia berjalan seorang diri menuju tempat itu.
Tak berselang lama, Awan kembali dengan gitar cokelatnya, "Bisa nyanyi?" tanyanya sesaat setelah duduk di samping Lena.
"Dikit."
"Lagu Andra-sempurna bisa?"
"Bisa!" jawab Lena, kelewat senang.
"Oke, kita nanyi itu." putus Awan, cowok itu memetik senar gitarnya, menimbulkan suara yang enak didengar.
🎶 Play Song, Sempurna-Andra 🎶
Kau begitu sempurna
Dimataku kau begitu indah
Kau membuat diriku akan s'lalu memujamuDisetiap langkahku
Kukan s'lalu memikirkan dirimu
Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamuJanganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semuaa
Hanya bersamamu ku akan bisaKau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna, Sempurna...Entah kenapa Lena merasakan tatapan mata Awan begitu teduh menatapnya. Bukannya percaya diri, tapi jika diperhatikan seksama, dia menyanyikan lagu itu sangat tulus dan menghayati.
Seakan lagu itu ditunjukan untuk dirinya.
Lena mengukir senyum, ia mulai membuka mulut mengikuti lirik lagu yang dinyanikan Awan.
Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata dan hapus semua sesalkuJanganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisaKau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku, kau begitu
Sempurna, Sempurna...Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu..."Len?"
"Hm." Lena menatap Awan lekat, menunggu cowok itu membuka suara.
Ragu, Awan memulai pertanyaannya, "Lo masih suka gue?"
Tanpa berpikir, Lena mengangguk.
"Masih sayang?" cowok itu kembali melontarkan pertanyaannya.
"Masih."
"Emm, masih cinta?"
Kali ini gadis dengan rambut panjang itu terdiam. Ia menunggu reaksi jantungnya yang berdebar, juga darahnya yang berdesir hangat--seperti sebelum-sebelumnya. Namun yang ia rasakan kali ini berbeda, hati dan jantung terasa hambar dan biasa saja. Justru dirinyalah yang sedikit senang.
Ia mendongak, menatap manik mata Awan dalam, "Iya."
"Mau berjuang lagi, demi gue?"
Bahkan Lena sampai lupa kapan terakhir ia mengunjungi kelas Awan. Menurutnya akan sia-sia. Karena berjuang tanpa kepastian itu menyakitkan.
Tanpa senyum gadis itu mengangguk ragu.
Awan melebarkan senyumnya, "Mulai sekarang gue mau berjuang buat lo. Kita berjuang sama-sama."
Kenapa dengan hati ini?
Kenapa tidak sebahagia saat dirinya makan berdua kala istirahat sekolah berlangsung?
Dan kenapa ia tidak bisa tersenyum lepas juga tidak merasakan pipi yang memanas?--karena dulu ia sering tersipu.Namun kini semua berbeda, ia terasa asing dengan hati dan situasi. Dan yang bisa Lena lakukan saat ini adalah tersenyum palsu.
Ini kan yang ia harapkan dari dulu?
Menjadi pacar seorang Galaksi Awan.Grep!
Awan memeluknya erat, bergumam lebih dari lima kali kata terima kasih. Sedangkan Lena masih belum tahu, apa yang sudah ia lakukan. Menerima cinta Awan. Dari dulu ia ingin sekali memeluk pria tampan ini. Namun kini rasanya ia enggan, hanya untuk membalas pun tak ia lakukan.
Lena menunggu pelukan ini terurai, tapi sudah satu menit pun Awan tak kunjung memberikan jarak. Terpaksa, perlahan Lena melonggarkan pelukkan mereka.
Tanpa disangka dan seperti secepat kilat, Awan mencium punggung tangannya beberapa kali. Gadis itu sampai membulatkan matanya, shock dengan apa yang dilakukan laki-laki di depannya ini.
Awan melepas tautan tangan keduanya. Cowok itu menatap dalam manik mata Lena, "Mau pulang?"
Lena mengangguk, bingung harus menjawab apa. Gadis itu berjalan, mengekor Awan dari belakang.
"Sini Lena, jalan di samping aku," Awan menarik pelan tangan Lena, menggengamnya lembut.
Lagi dan lagi Lena seperti orang linglung kali ini, panggilan yang terasa asing di telinganya. Aku??
***
"Besok berangkat sekolah aku jemput, pagi ya?"
Lena mengangguk, sejak kejadian beberapa menit yang lalu, gadis itu tak banyak bicara. Ia sendiri juga bingung, kemana Lena yang banyak omong?
Awan tersenyum manis, beda sekali dengan beberapa hari belakangan ini. Seperti bukan Awan.
Motor besar berwarna hijau itu melesat setelah pemiliknya meninggalkan kecupan di pipi Lena singkat. Sama, tanpa di duga dan berlangsung tiba-tiba.
Lena melangkah memasuki rumahnya, gadis itu terdiam entah memikirkan apa.
***
Mana nih tim jadian ¥LENAWAN?
Tuh mereka udah jadian, kamu gimana?
Masih nunggu dia peka? hehe😄Follow Istagram:
@moozyedeva
@aillena._
KAMU SEDANG MEMBACA
AILLENA
Teen FictionAillena Nerissa. Gadis ceria yang memiliki banyak teman laki-laki dan satu perempuan-teman semeja lebih tepatnya. Gadis friendly pecinta permen gagang ini menyukai teman satu angkatannya, bukan cinta dalam diam melainkan cinta dalam bar-bar. Sampai...