PROLOG

478 14 0
                                    

Don't judge people's work by its cover or prologue, but read on until the end of the story.

Moozye

***

Satu keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan satu anak laki-laki tampan berusia enam tahun tengah duduk di kafe tepat di bandara Adisutjipto Yogyakarta.

Mereka menunggu kepulangan teman lama yang sudah dua tahun tak jumpa, karena harus menemani pengobatan anak perempuan mereka.

"Bunda, Risa kok lama?" anak laki-laki itu memasang wajah cemberut. Sudah dua tahun juga ia tak bertemu dengan teman kecilnya, Risa.

"Bentar lagi sayang," bujuk sang bunda, berusaha meyakinkan anaknya yang tampak gelisah di kursi.

"ELLAND!"

Laki-laki dengan rambut tertata rapi itu menoleh spontan ke arah pintu masuk. Sudut bibirnya membentuk senyum manis, Erland langsung turun dari kursi ketinggiannya dibantu sang bunda.

"RISA!" kedua anak kecil itu berpelukan erat, melepas rindu yang mendalam. "Aku kangen banget sama kamu," Erland berbisik di samping telinga gadis lucu itu.

Risa mencoba melepas pelukan mereka, namun nihil sahabatnya sangat erat dalam mendekapnya. "Sama, Lisa juga kangen sama Elland," ucapnya, kata yang diucapkan belum begitu jelas, gadis itu belum bisa membedakan antara huruf R dan L.

"Maafin aku Risa, udah buat kamu masuk rumah sakit," sesal Erland, mata laki-laki itu sudah berkaca-kaca, siap menumpahkan bulir air mata.

"Ini bukan salah Elland, ini salah Lisa. Halusnya Lisa hati-hati," Risa tersenyum menengangkan, gadis kecil itu menatap air mata Erland yang sudah mengalir.

Risa menjinjitkan kakinya guna menggapai dan berhadapan langsung dengan wajah tampan Erland yang lebih tinggi darinya. Menimbulkan kerutan bingung kedua orang tua mereka yang sedari tadi menyaksikan dua anak melepas rindu itu.

"Kamu mau ngapain Risa?" Erland menatap waspada pada gadis di depannya, laki-laki itu juga menahan sakit di bahunya saat tangan mungil Risa mencengkram kuat pundaknya. Mungkin untuk membantu menjaga keseimbangan.

Erland merasakan tiupan lembut menerpa matanya, laki-laki itu memejamkan mata sejenak, menikmati setiap nafas Risa yang membuatnya tenang.

Satu tepukan di pipinya berhasil membuat Erland membuka matanya reflek, "Jangan ditutup Elland! gimana ail mata kamu bisa keling kalau kamu tutup?" protes gadis itu. Erland jadi gemas sendiri dibuatnya, tangan laki-laki itu bergerak mencubit pipi cubby sahabatnya, berkali-kali.

Risa tertawa, juga berusaha menghindar dari cubitan Erland, "Udah Elland, Lisa nggak kuat. Pipi Lisa sakit," ujarnya.

Erland menangkup wajah menggemaskan Risa, "Sakit? maaf Risa, aku nyubitnya kekencangan ya?"

Risa mengangguk dengan polos dan lucu.

Bukannya berusaha membujuk, Erland justru tertawa pelan, "Abisnya pipi kamu gemuk sih, kan aku gemes liatnya."

Risa mengembungkan kedua pipinya dengan bibir warna merah alaminya mengerucut lucu. Mata belo itu tertuju ke arah samping bawah, menatap lantai kafe tak minat. Menghindari sahabatnya yang menatapnya bingung.

Cup!

Risa menoleh garang ke arah Erland yang terkekeh tak berdosa, "Jangan gitu lagi, aku jadi nyium kamu kan?" bocah laki-laki itu berusaha menaik-turunkan alisnya. Namun yang ditimbulkan adalah mata yang melebar. Alis masih sama, tidak bergerak.

AILLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang