Sudah tiga hari lamanya Lena belum juga ditemukan. Entah dimana keberadaan gadis itu. Dira malam tadi sudah melaporkan ke polisi atas kasus kehilangan anak.
Erland juga tak henti-hentinya untuk mencari Lena. Bahkan laki-laki itu membatalkan dan menolak semua janjian dan ajakan dari kekasihnya. Hal itu ia lakukan hanya demi mencari dan melihat keadaan sahabat sejak kecilnya dalam keadaan baik-baik saja. Erland berharap begitu.
Lelaki itu juga tidak meninggalkan sekolahnya. Ia tetap berangkat. Dan untuk kali ini Erland memutuskan istirahat sejenak. Mengobrol dengan teman-temannya. Biasanya kebersamaan mereka diisi dengan kehadiran gadis ceria dengan rambut ekor kuda. Siapa lagi kalau bukan Aillena.
Lena ikut bergabung juga hanya untuk menunggu Erland menghabiskan sorenya dengan teman-teman cowoknya. Sifat Lena yang mudah berbaur sangat sambung dan mengerti topik yang dibicarakan. Jadi, gadis itu tak akan bosan saat menunggu Erland.
Namun kini di warung depan sekolah SMA Huxley yang menjadi tempat tongkrongan wajib mereka setelah pulang sekolah hanya diisi oleh Erland, Jordi, dan Aksa. Ketiga lelaki itu menunggu satu teman mereka yang berbeda kelas. Alan Reinaldo.
Ditemani kaleng bersoda dan nasi kucing serta beberapa jenis gorengan, Jordi tampak sibuk melahap dan mengabaikan kedua temannya yang sibuk bermain ponsel.
Motto makan Jordi adalah, selagi murah dan banyak, perut akan terjamin kekenyangannya.
Ngapain beli makanan mahal kalau sekali masuk mulut langsung habis dan belum kenyang? Buang-buang uang saja. Ini adalah definisi irit uang dengan alasan berputar-putar.
Padahal ringkasnya saja sedang kere-kerenya atau lebih simple-nya tidak punya uang banyak.Decitan kursi di sampingnya membuat mendoan yang akan masuk ke dalam mulut Jordi terhenti seketika. Cowok itu menatap sengit orang yang baru datang. "Sialan ganggu banget lo!" umpatnya.
Alan mendengkus saat namanya ditambah-tambahi. Cowok rapi itu malas menegur Jordi yang memang memiliki sifat bebal. Alan lebih tertarik pada ke dua sahabatnya, mengabaikan Jordi yang pergi menghampiri penjual warung ini untuk meminta gorengan lagi.
"Gue ijin mau balik dulu. Nggak bisa kumpul sama kalian hari ini." Alan mengutarakan tujuannya datang kesini.
Erland menatap sepenuhnya Alan, "Kenapa?" seraya meletakkan ponselnya di meja.
"Ada perlu." jawab Alan singkat.
Membawa nampan berisikan gorengan dengan asap mengepul, yang artinya baru turun dari wajan. Jordi kembali duduk di kursinya, "Tumben. Emang perlunya penting banget ya? dari kemarin loh Er, Alan nggak kumpul." adu Jordi sembari melirik sekilas Alan yang tengah menatapnya tajam.
"Biarin sih. Itu urusan dia, nggak usah ikut campur lo, Jo. Kepoan jadi orang!" celetuk Aksa tanpa menatap Jordi. Masih fokus dengan ponsel miringnya.
Mengerjap dengan mulut membuka sedikit, Jordi nampak cengo dengan ucapan panjang Aksa. Sumpah, setelah Jordi berteman dengan Aksa, baru kali ini cowok itu berbicara panjang. Tapi tetap, setiap perkataan yang keluar dari mulut Aksa selalu pedas. Dan selalu membuatnya kesal.
"Diem lo daki. Kemarin lo kepergok lagi nganterin Moza pulang kan, tau gue," Jordi terkekeh jahat saat Aksa menatapnya nyalang dibarengi dengan jari tengah cowok itu yang teracung ke arahnya. Benar-benar menyenangkan menggoda Aksa. Jordi banyak menyimpan kartu AS dan aib Aksa. Jika cowok irit bicara itu berani macam-macam dengannya, siap-siap saja ia akan membongkar semua rahasia Aksa.
"Lambe turah." desis Aksa kesal.
Tertawa kecil, Erland beralih pada Alan. Cowok rapi itu masih menunggu diijinkan balik duluan. "Yaudah Al. Kita juga nggak akan larang."
Mengangguk sekali sambil tersenyum tipis, Alan bangkit dari duduknya. Iseng, cowok manis itu merebut gorengan bakwan utuh yang akan masuk ke dalam mulut Jordi. "Duluan gyus!" teriaknya sembari berlari menuju mobilnya.
"ALAN! YANG BENER-BENER SIALAN. EMANG NGGAK ADA AKHLAK LO JADI TEMEN. KAMPRET!" umpat Jordi saat dirinya mendengar suara mobil.
"Sukurin!" celetuk Aksa.
Mengatur nafas, Jordi kembali duduk dan melanjutkan mengunyah gorengannya. Mengabaikan ucapan Aksa yang ingin sekali ia jawab. Namun sekarang, ia belum memiliki kalimat mutiara untuk membuat Aksa kesal.
Entah sudah berapa gorengan yang masuk dalam mulut Jordi. Kini dalam nampan itu sudah tersisa seperempat bagian. "Gorengan nggak baik untuk tubuh, Jo. Minyaknya itu lho," Erland mendekat ke arah tempat duduk Jordi. Mendaratkan pantat di samping cowok itu, "Bagi-bagi lah," lanjutnya.
Jordi menggeser nampan merah jambu ke tengah-tengah dirinya dan Erland. Teringat sesuatu, Jordi menelan kasar gorengan di mulutnya, "Ohh ya Er. Gimana perkembangan lo nyari Lena, ada petunjuk?"
Erland mengunyah pelan ketela ungu yang tengah ia makan. "Belum, Jo." jawab Erland seadanya.
Mendengar pembahasan ini, Aksa menyudahi game online-nya. Cowok irit bicara itu menggeser kursi plastik ke arah dua temannya.
"Lo udah tanya temen-temen Lena?" tanya Jordi memastikan.
Erland mengangguk, "Udah."
Jordi berdecak, "Siapa sih yang mau-maunya nyulik Lena. Padahal cewek itu nggak ada untungnya sama sekali. Nyusahin iya."
Mengangkat ke dua jarinya, Jordi tertawa garing saat Erland melototinya. "Damai, Er."
"Mulut lo, Jo. Gue sobek nih," ujar Aksa sinis. Lagi serius-seriusnya juga.
Jordi mendelik kesal. "Lena punya musuh nggak, Er?"
Diam sejenak, Erland lalu menggeleng lagi, "Nggak ada sih, kayaknya."
Jordi mengusap dagunya dengan telunjuk, "Susah nih kasusnya."
Aksa berdecak kesal. Kenapa sih temannya satu ini tidak bisa lebih waras sedikit? Merusak suasana.
Jordi menjetikkan jarinya, "Ehh, tapi serius nih. Gue ada kejanggalan sama si Alan. Emang urusan apa sih, kok nggak cerita?" Jordi mengambil serbet motif zig-zag bersih menggantung di sebuah paku, cowok itu kembali duduk di tempatnya sembari membersihkan tangan kanannya yang terkena minyak. "Biasanya dia nggak pernah ijin ketika kita kumpul. Udah tiga hari ini Er dia nggak ikut." Jordi menarik nafasnya, "Dan ini menurut gue ya. Alan nggak ikut kumpul semenjak Lena hilang."
Erland terdiam sejenak. Cowok itu juga teringat ketika ia berkunjung ke rumah Alan untuk menanyakan apakah ada tugas atau tidak di kelasnya dan Lena.
Dan yang lebih mencurigakan lagi adalah Alan buru-buru masuk mobil saat ia bertanya apakah Alan mengetahui keberasaan Lena dimana.
Hal-hal ini cukup membuat Erland menaruh prasangka pada Alan.
Mungkin cowok dengan senyum manis itu tahu sesuatu.
"Gue nanti kesana." perkataan Aksa mampu menyunggingkan sudut bibir Jordi. Cowok dengan tingkah aneh itu menepuk bahu Aksa beberapa kali, "Pinter banget sohib gue ini."
Berteman dengan Aksa dari SMP, mampu membuat Jordi mengerti perkataan cowok itu yang harus dicerna baik-baik. Kadang ambigu atau membingungkan. Namun, untuk saat ini Jordi mengerti dan paham betul apa maksud Aksa.
Biasanya Jordi harus termenung sejenak untuk mengunyah bulat-bulat kalimat Aksa yang susah dipahami.***
KAMU SEDANG MEMBACA
AILLENA
Fiksi RemajaAillena Nerissa. Gadis ceria yang memiliki banyak teman laki-laki dan satu perempuan-teman semeja lebih tepatnya. Gadis friendly pecinta permen gagang ini menyukai teman satu angkatannya, bukan cinta dalam diam melainkan cinta dalam bar-bar. Sampai...