12. COBAAN

89 5 0
                                    

Takdir Tuhan adalah yang terbaik, bagi makhluk-Nya.

AILLENA

***

Sial!

Sial!

Sial!

Lena terus mengumpat dalam hati dengan bibir yang bergerak ingin teriak, hari Selasa yang penuh dengan cobaan.

Mari akan Lena hitung berapa kali ia dibuat kesal hari ini.

Pertama, bangun kesiangan.

Kedua, ditinggal Erland.

Ketiga, olahraga pagi-pagi, dengan naik sepeda.

Keempat, bertemu Batu Bara. Ya, bertemu Bara adalah sebuah kesialan bagi Lena. Entah Lena harus bersyukur atau justru ber-istighfar sebanyak 33 kali.

Percuma juga lari dari depan sekolah sampai belakang sekolah dan harus panjat tembok yang tingginya naudzhubillah. Lena tetap saja di hukum.

Kelima, sepeda kesayangnnya hampir saja berubah menjadi abu yang pasti tidak akan berguna sama sekali bagi Lena.

Keenam, dihukum bersama cowok rese nan tengilnya minta ampun.

Dan terakhir, saat pulang sekolah hujan lebat mengguyur sekolah dan mungkin akan mengguyur sepanjang perjalanan yang akan Lena lalui nanti.

Dalam hati Lena terus merapalkan doa. Semoga setelah ini dirinya mendapat ketenagan barang sejenak saja dan tolong jangan hampiri Lena dengan kejadian yang membuat ia menambah dosa.
Kalian pasti tau maksud Lena.

Gadis itu melepas tas punggung magentanya, ia mencari-cari jas hujan--yang seingat Lena sudah ia taruh di dalam tasnya sebulan yang lalu, karena musim hujan sudah datang menyapa--. Dan Lena di buat kesal lagi, jas hujannya tidak ada.

'Astaga Tuhan...'

Lena menghembuskan nafasnya pasrah, ia terus mengelus dada. Berharap dengan begitu ia akan diberikan kesabaran.

"Semangat Len," ujarnya pada diri sendiri.

Lena mendongak ke atas menatap butiran air hujan yang turun dengan derasnya. Dan tak lupa angin yang menyertai butiran air dari langit kelabu itu. Ia terus menghitung jarinya, memilih antara pulang atau menunggu hujan reda, dengan namanya, Aillena Nerissa.

Pilihan terakhir tepat di huruf A adalah pulang menerabas hujan. Dengan tekad yakin akan konsekuensinya, Lena mulai mengayuh sepedanya. Ia khawatir hujan sore ini akan reda nanti malam, dan Lena malas duduk terbengong menatap genangan air di depannya. Untung kali ini petir tidak hadir menemani hujan. Setidaknya Lena tidak terlalu takut oleh suara menggelegar itu.

Baru saja Lena mengayuh sepeda 10 meter dari sekolahnya, bajunya sudah basah kuyup. Dengan pandangan yang memburam terkena tabrakan dengan rintikan yang mengenai wajahnya. Lena berusaha tetap menajamkan pengelihatannya walau rasanya perih mulai menyerang kedua matanya.

***

Lena membelokkan sepedanya, memasuki gerbang rumahnya. Ia memakirkan sepeda di samping motor matic milik Mamanya. Setelah memastikan sepedanya sudah ia kunci. Lena segera berlari memasuki rumah. Ia akan mengguyur badannya dengan shower air hangat. Setelah itu membuat teh hangat yang pasti cocok untuk cuaca seperti ini.

Lena keluar dari kamar mandi, ia mengusap rambutnya dengan handuk kecil. Lalu ia gulung handuk itu menbungkus atas kepalanya lebih tepatnya rambut hitam legam Lena. Tadi ia menyempatkan untuk keramas sebentar.

AILLENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang