Gadis dengan pakaian santai mengendap dengan tatapan waspada ke sekelilingnya, memastikan rumah yang ia kunjungi tengah sepi.
Seiring langkah kaki yang sengaja ia pelankan, seerat mungkin ia merapatkan lima buah buku paket dua ratus halaman dalam dekapannya.
"Erland, kur-kur. cek-cek-cek," panggilnya pada tuan rumah yang belum menampakkan batang hidung. "Kur-kur, Er?" panggilnya lagi, seperti memanggil ayam untuk menyatap makanan.
"Gue di sini!" suara bass berhasil membuat Lena mengedarkan pandangannya. Gadis itu menatap horor rumah bercat putih yang sedang ia datangi ini.
Lena tidak menemukan siapa-siapa, gadis itu mengusap tengkuknya, merinding. "Erland lo dimana? jangan buat gue takut ah!" teriakan Lena menggema di seluruh penjuru rumah mewah ini. Membuatnya semakin ketakutan.
"Di sini!" sahutan dari arah televisi, membuat kaki Lena terdorong untuk melangkah mendekat. Tiupan angin dari ventilasi juga jendela membuat seorang Lena jadi parno sendiri.
Gadis itu menghembuskan nafas lega saat mendapati sahabatnya tengah tiduran di atas sofa maroon. Dengan ponsel di genggamannya.
"Lo usil banget sih Er, ngapain coba pake tidur di sini?" omel Lena kesal.
"Siapa juga yang usil. Lo kali yang penakut!" balas Erland tak mau disalahkan, cowok itu merubah posisinya. Duduk dengan kaki kanan bertumpu di kaki kiri. Badan menyender di sandaran sofa. Seperti bos saja.
"Tau ah, gue mau belajar!" rajuk Lena kalah, gadis itu mendaratkan pantatnya di sofa sebelah Erland.
"Makan dulu, biar bisa fokus," peringat Erland, perhatian.
Mata Lena berbinar, "Ada makanan apa?" tanyanya antusias.
"Gue tadi beli siomay sama cimol. Terus di meja dalam toples juga ada rengginang, gue sama bunda buat kemarin," jelas Erland. "Ambil aja di meja makan, udah gue siapin. Tinggal minuman yang belum, buat sendiri," lanjutnya.
Mulut Lena menganga takjub, "Gila! itu makanan kesukakaan gue semua!" histerisnya.
Gadis itu berlari tergopoh ke arah dapur Erland, meninggalkan seorang cowok yang menggelengkan kepala seraya tersenyum geli.
Tak berselang lama muncul gadis cantik dengan kedua tangan penuh dengan makanan dan sebotol minuman diapit di lengannya, sangat rempong.
Erland tersenyum kecil saat gelas yang dipegang gadis itu akan jatuh, "Erland! bantuin kek, malah senyum-senuym gak jelas!" omelnya.
Erland bangkit dari duduknya, "Iya-iya, sini gue bawa botolnya."
Setelah semua makanan dan minuman tertata rapi di atas meja. Erland menatapnya sekilas lalu mengeryit heran, "Kenapa minumnya cuma air mineral? kan di kulkas ada sirup sama jus buah. Di almari juga ada kopi, te-"
"Sutt, biar sehat. Jangan banyak-banyak gula, nggak baik!" nasehatnya.
Erland menganggukkan kepala, sok paham. "Yaudah, sekarang kita mau belajar apa?"
"Bahasa Inggris, Matematika, fisika, bahasa Indonesia, PKN, sam-"
"Banyak banget, itu jadwal atau mau belajar?"
Lena nyengir, "Belajar Erland, suka gitu. Mau ngejek kan? iya Lena tau Erland pinter, semua mapel bisa, dapet ranking bagus, nggak kayak Len-"
"Apa sih lo. Jangan ngomong gitu lagi, semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Contoh nih, lo bisa langsung welcome sama semua orang, sedangkan gue? susah! gue harus kenal dekat dulu, baru gue bisa nyaman, terutama sama lo," jelas Erland, memotong ucapa Lena yang belum sempat selesai.
Lena berdecak kagum, "Lo? ahh! gue nggak bisa birkiti-kiti ligi, tirlili rimit."
Erland tersenyum samar, "Mulai dari mana sekarang?" lebih baik dirinya belajar.
"Fisika, gue nggak bisa semua, jelasin dari awal ya Er?" pinta Lena lembut.
"Iya. Cukup aneh sih, lo selalu berangkat bareng sama gue ke sekolah. Kok ilmunya nggak dibawa? kemana aja lo pas pelajaran fisika?" cowok itu memulai introgasinya.
Lena mengerjap dua kali, "Ya ada Er. Bu Derta tuh yang nyebelin, masa dateng-dateng cuma mau baca buku paket, yang jelas-jelas muridnya punya. Dan ini yang lebih nyebelin lagi, setelah itu kita disuruh ngerjain soal. Lah mau ngerjarin gimana, orang nggak tau apa yang dibahas. Ngantuk!" celoteh Lena mengebu-gebu, gadis itu juga menggebrak meja kaca di depannya. Untuk menambah kesan yang mendalam dalam ia bercerita.
"Alasan, bilang aja nggak bisa nangkap materi. Pakai bawa-bawa guru lagi buat jadi tumbal kebodohan," balas Erland datar.
"Lo ngatain gue goblok Er?"
"Bukan, tapi bodoh," elak Erland.
"Sama aja!"
"Itu lo tau," jawab Erland seraya membaca buku paket yang dibawa Lena.
Lena mendorong bahu Erland kencang, membuat korban terjungkal pelan, "Tega! kamu tega Erland! ak-aku nggak bisa diginiin," dramanya.
Erland menoleh ke arah Lena, cowok itu menatap tajam gadis yang berpura-pura mengalihkan topik pembicaraan, "Ternyata di rumah lo nggak ada cicak ya? hebat!" kata Lena. Erland masih menatap Lena tajam, mengisyaratkan kalau dirinya malas diajak bercanda.
"Iya-iya, gue ikut belajar," akhirnya Lena mengalah. Jujur, tatapan Erland seolah mampu menghunus dirinya, menakutkan.
Erland mulai menjelaskan materi awal kelas sepuluh fisika, yang didengar ogah-ogahan oleh Lena. Sesekali gadis itu memasukkan cimol ke dalam mulutnya.
"Er, coba deh cimolnya, enak," Lena menyodorkan cimol ke arah Erland. Gadis itu tersenyum puas saat cimol di tangannya berhasil masuk ke dalam mulut Erland.
Lena terus menyuapi Erland, cowok itu sama sekali tidak terusik. Bahkan Erland mengunyah makanan sembari membaca matari. Benar-benar konsentrasinya, patut diajungi jempol.
"Paham?"
Lena mengangguk semangat, "Paham!"
"Bagus, sekarang lo latihan soal." Erland menyondorkan buku yang sudah ia buat lima buah soal untuk Lena.
"Ha?"
"Apa? ha-he-ha-he. Cepet kerjain, gue tunggu," cowok itu merih ponselnya. Mengabaikan tingkah Lena yang kebingungan membolak-balikkan halaman.
Erland menatap layar hitam di depannya, sebenarnya ia hanya berpura-pura bermain ponsel. Tak lama cowok itu terkekeh pelan saat melihat Lena menggaruk kepala beberapa kali.
"Makanya kalo dijelasin itu dengerin. Bukan malah makan diem-diem." suara Erland berhasil membuat Lena berhenti menulis.
"Tadi gue dengerin."
"Bukan tadi. Tapi, di sekolah saat pelajaran fisika di mulai."
Lena tercekat di tempatnya, 'kok Erland tau?'
"Gue tau semua tentang lo, Aillena."
***
Maaf, kalo tadi Zye salah nulis mapel anak IPA. Abisnya Zye bukan anak IPA, jadi nggak tahu.
Oh ya kalo di sini ada anak IPA, boleh kok komen. Apa mata pelajaran SMA khusus IPA!
Ehh, kelas IPS juga boleh...Bantu Zye, Zye beneran nggak tau. Soalnya Zye anak SMK. Jadi mapelnya kebanyakan ke jurusan. Kalo ada yang umum, mungkin itu dikit banget, bisa satu minggu cuma tiga jam pelajaran.
Follow istagram:
@moozyedeva (aku ganti:v)
@aillena._
KAMU SEDANG MEMBACA
AILLENA
Teen FictionAillena Nerissa. Gadis ceria yang memiliki banyak teman laki-laki dan satu perempuan-teman semeja lebih tepatnya. Gadis friendly pecinta permen gagang ini menyukai teman satu angkatannya, bukan cinta dalam diam melainkan cinta dalam bar-bar. Sampai...