Sudah seminggu ini, meja makan hanya didominasi keheningan. Biasanya, sebelum atau sesudah makan akan ada lemparan canda tawa dari keluarganya. Namun, sekarang percakapan yang dibicarakan pun hanya sebatas masalah penting saja, sama sekali tidak ada candaan. Rasanya canggung.
Lena menatap Mamanya lama. Cewek itu sudah menyelesaikan makan malam. Mamanya tengah membereskan peralatan makan sendirian. Sedangkan Papanya sudah berjalan keluar ruangan. "Ma." panggilnya pelan.
"Kenapa, Len?"
Lena menarik nafasnya dalam, "Bisa nggak Mama cabut tuntutan Alan?" to the poin Lena.
Dira menghentikan aktivitasnya, beliau menatap Lena jengah, "Kamu tuh udah berapa kali sih minta Mama kayak gitu? Mama udah bilang kan, nggak mau." Setelah itu, beliau berjalan menjauh sembari mengangkat piring kotor.
"Tapi, Ma"
"Apalagi?" Dira berhenti sejenak, menoleh ke arah Lena.
Lena berjalan mendekat, cewek itu menatap Mamanya penuh harap, "Mama nggak mau berubah pikiran?" tanyanya lembut.
"Enggak."
"Ayolah Ma...kasihan dia. Alan masih sekolah, kasihan juga orang tuanya harus kesini setiap hari hanya demi membebaskan anaknya, mohon-mohon sama Mama."
"Kalau enggak, ya enggak Lena." setelah mengatakan itu, Dira melanjutkan langkahnya, meninggalkan Lena.
Cewek berhoodie kuning itu Mendengkus kasar. Bagaimana cara membujuk Mamanya? Jangankan dirinya, orang tua Alan saja sudah malas.
"Ma, Alan nggak salah." untuk terakhir kalinya Lena berucap sebelum berbalik badan ingin ke kamarnya. Dengan tubuh lesu, Lena keluar dari ruang makan.
"Dari mana kamu tau dia nggak salah?"
Lena berhenti sejenak, cewek itu membalikkan badan 180 derajat menghadap sang Mama yang masih sibuk dengan piring kotornya. "Ya, emang Alan nggak salah, Mama. Dia udah baik sama Lena. Buktinya sekarang Lena nggak papa."
Dira terkekeh kecil, "Itu kan menurut kamu. Kalo Mama nggak berusaha cari kamu, mungkin sampai sekarang dia nggak ngembaliin kamu pulang."
"Kok Mama ngomong gitu?"
"Sekarang Mama tanya deh, menurut kamu dia nggak salah kan?" Lena mengangguk. "Kalo nggak salah, berarti sekarang dia udah bebas dong. Tapi faktanya, dia masih mendekam di penjara. Itu karena apa Len? Dia salah."
"Salahnya dimana? Dia kan udah rawat Lena, Ma. Cari dokter juga buat myembuhin luka Lena."
Menghela nafas, Dira mematikan air krannya, beliau menghadap sepenuhnya ke arah Lena. "Mama udah pernah bilang, dia punya niatan culik kamu." Saat Lena ingin kembali mengeluarkan suara, Dira segera berkata kembali. "Dia sendiri yang bilang ke polisi."
Lena mengerut bingung, Masa sih Alan kayak gitu?
"Udah ya, Mama mau tidur, ngantuk."
Lena mengangguk lesu. Cewek itu kembali terduduk di meja makan setelah Mamanya keluar. Pandangannya menerawang jauh, teringat perkataan Alan tadi sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILLENA
Teen FictionAillena Nerissa. Gadis ceria yang memiliki banyak teman laki-laki dan satu perempuan-teman semeja lebih tepatnya. Gadis friendly pecinta permen gagang ini menyukai teman satu angkatannya, bukan cinta dalam diam melainkan cinta dalam bar-bar. Sampai...