LoveMath 6 - Pencinta Otakly

252 33 18
                                    

"Assalamu'alaikum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamu'alaikum. Pagi, Nona Cerewet!"

"Wa'alaikumussalam. Pagi juga, Tuan Muda Nyebelin!"

"Maher dan Meher mana? Udah duluan?"

"Iya, aku yang nyuruh. Arsel juga udah duluan?"

"Hu'um, sama. Soalnya 'kan kita harus PikJum alias Piket Jumat dulu."

"Makanya itu, kasian kalo nunggu."

Langkah kami terhenti di depan ruang guru. "Kira-kira Bu Ina udah dateng belum, ya?" tanyaku.

"Biasanya sih, udah. Coba masuk dulu aja, yuk!"

"Duluan, gih!"

"Lah, sama aja."

"Gak mau, malu!"

"Yeu! Ya udah, lah."

Arsen mengayun langkah memasuki ruang guru, aku mengekorinya. Dengan langkah yang tak terlalu cepat atau terlalu lambat, dan kepala yang agak tertunduk, kami memasuki ruangan itu sambil mengucapkan salam yang lalu dibalas oleh para guru di sana.

Begitu melihat Bu Ina sudah berada di tempat beliau biasanya, kami menghampirinya dan menyalimi punggung tangan beliau.

"Mau ambil kantong infak, ya?"

"Iya Bu." Arsen yang menjawab, sedangkan aku hanya mengangguk saja.

Bu Ina tampak merogoh laci mejanya. Kemudian menyodorkan beberapa buah kantong berwarna hijau dengan sedikit motif bunga-bunga yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan uang infak pada setiap hari Jumat.

"Kalian kok cuma berdua? Yang lain mana? Belum dateng, kah?"

"Sebenernya ada satu lagi Bu, yang harusnya bareng kami di jam ini, tapi qadarullah, dia lagi sakit hari ini. Sedangkan sisanya, 'kan, dapet tugasnya di jam siang."

Bu Ina terdengar ber'oh'ria. "Kalau jadwal kita nggak padat, nanti kita sempatin jenguk dia, ya."

"InsyaaAllah, iya, Bu."

"InsyaaAllah Bu." Arsen memberi jeda. "Kami keluar dulu ya, Bu, mau naruh kantong infaknya ke kelas-kelas."

"Iya."

"Wassalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Setelah menyalimi punggung tangan Bu Ina, kami meninggalkan ruang guru diiringi dengan ucapan salam lagi.

"Mau naruh tas dulu atau bagiin kantong infaknya dulu, Ra?"

"Bagiin kantong infaknya aja dulu."

"Emang tasmu gak berat?"

"Ya berat, sih. Kenapa? Mau bantu bawa?"

"Enggak sih, soalnya tasku juga berat. Cuma khawatir aja kamu jadi gak tinggi-tinggi, nanti."

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang