"Sen," panggilku seraya berbisik, "kamu ngerasa ada sesuatu yang aneh dari mereka, gak?"
"Aneh gimana, Ra?"
"Keliatannya tuh kayak yang--"
"--Ra, Sen, sini, lah! Malah sibuk ngobrol di pintu kelas!"
"Kita lanjutin nanti."
Setelah mengatakan itu, aku langsung menghampiri Maher dan Meher--yang kini sedang mengikatkan dasi di kepala Arsel, untuk menghalangi penglihatannya.
"Kalian abis bisik-bisik apa, sih?"
"Kalian tadi bahas rahasia apa lagi, deh?"
"Kalian masih punya utang cerita tentang kepergian kalian pas hari Selasa, loh!"
"Bukan apa-apa, gak penting," jawab Arsen.
Aku menjawab, "Dan masalah pas hari Selasa itu, besok atau nanti hari Minggu juga bisa diceritainnya. 'Kan sebelum-sebelumnya gak jadi terus, kalo mau cerita."
"Bener kata Mehra. Setiap kali mau cerita, pasti ada aja halangannya. Mulai dari bel masuk yang tiba-tiba bunyi, sampe lupa gara-gara banyak tugas. Dan mungkin itu artinya, emang harusnya gak diceritain sekalian."
Aku mendelik tajam ke arah Arsen, tetapi lelaki itu malah menyengir.
Dasar menyebalkan!
"Dih, masa gitu?!" protes Maher.
"Udah-udah! Yuk, main lagi!" ajak Arsel.
Kedua matanya sudah ditutup sekarang, jadi pantas saja ia sudah meminta agar permainannya segera dimulai.
"Kenalin Pel, aku Jambu alias Mehra!"
"Kenalin Pel, aku Jeruk alias Arsen!"
"Kenalin Pel, aku Mangga alias Meher!"
"Kenalin Pel, aku Kiwi alias Maher!"
Meher pun memutar-mutari tubuh Arsel. Setelah merasa cukup, ia berjalan menjauh dan kami pun mulai bersembunyi.
Untuk ronde kedua ini, aku bersembunyi di belakang tong sampah--di tempat Arsen bersembunyi pada saat ronde pertama, sedangkan Arsen sendiri bersembunyi di balik pintu kelas.
Maher bersembunyi di bawah meja guru dan meja murid di depannya--dengan menyatukan keduanya terlebih dulu, sementara Meher bersembunyi di tempatku bersembunyi tadi.
"Udah?"
"Udah!"
"Oke. Aku mulai cari kalian, ya!"
"Iya."
Arsel pun berjalan, mulai mencari kami dengan sesekali menyenggol meja atau bangku.
"Duh, kalian sembunyi di mana, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔
Romance[Spiritual-Young adult-Hurt] "Jadi, mau nggak, Ra?" "Enggak! 'Kan masih kecil." "Oh, berarti kalo udah gede, mau nerima?" "Mau, tapi ... dia harus bisa ajarin aku MTK dulu, sampe nilaiku dapet 100 semua." Orang-orang yang mendengar jawabanku tertawa...