[Spiritual-Romance]
"Jadi, mau nggak, Ra?"
"Enggak! 'Kan masih kecil."
"Oh, berarti kalo udah gede, mau nerima?"
"Mau, tapi ... dia harus bisa ajarin aku MTK dulu, sampe nilaiku dapet 100 semua."
Orang-orang yang mendengar jawabanku tertawa.
Tiba-ti...
-Bintang di pojok kiri bawahnya jangan lupa dipencet, ya!
“Kala swastamita mengiringi terungkapnya sebuah asrar, perasaan yang paling terasa adalah kesedihan yang begitu besar.” 📚📌LoveMath📍📊 -fa_mujahiddah11-
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Eh, itu payungnya punya siapa, Ra?"
Aku menatap Ummi dengan tatapan bingung. "Loh, jadi bukan Ummi yang masukin payung ini ke dalem tasku?"
Ummi menggeleng, tampak sama bingungnya denganku. "Mungkin Meher yang masukin? Atau mungkin, Maher?" tanyaku, yang dibalas Ummi dengan gelengan lagi.
"Kita gak punya payung yang kayak gitu," jelas Ummi seperti dugaan awalku, "emang payungnya tiba-tiba ada di dalem tasmu, gitu?"
"Iya Mi, tiba-tiba banget. Kalaupun payung ini emang punya kita dan Ummi masukin tanpa sepengetahuanku, harusnya udah ada sejak aku di sekolah, 'kan? Tapi payung ini malah baru kuliat pas sorenya, abis salat asar di masjid."
Mendengar penjelasanku, Ummi berkata dengan agak ragu, tetapi terdengar cukup meyakinkan, "Apa mungkin ada seseorang yang sengaja naruh payung itu ke dalem tasmu?"
"Bisa aja sih, tapi siapa?"
"Entahlah." Ummi berjalan mendekatiku. "Kamu ganti baju dulu, sana! Nanti masuk angin," titahnya, kala melihat seragamku yang memang terbilang basah.
"Iya Mi."
📌📚💯📚📌
"Eh, gimana kalo latihan nyanyinya di sekolah aja?" usul Maher yang langsung kutolak, "Mbung, ah!"---"Gak mau, ah!"
"‘Mbung’ apaan dah? Kembung?" tanya Arsen.
"Bukan oi! Maksudnya tuh ‘nggak mau’, tapi pake bahasa Sunda."
Arsen tampak kebingungan. "Aku ora mudeng!"---"Akugak ngerti!"
"Ya itu sih deritamu," jawabku dengan bahasa Indonesia, sebab Arsen bilang ia tidak mengerti bahasa Sunda.
"Sampean tego karo aku, yo?!"---"Kamu tega sama aku, ya?!"
"Biarin!"
"Yo wis lah, minggat wae."---"Ya udah lah, pergi aja." Arsen sudah mengambil ancang-ancang akan beranjak.
"Ya udah, sana!"
"Loh, ngerti?!"
Aku menyengir. "Sebenernya sih gak ngerti, tapi aku mencoba memahami."