♥Math 23 - Kecantikan Seorang Wanita

123 17 60
                                    

Akhir-akhir ini, sedang ada tren membuat semacam video Toktik dengan memamerkan berbagai skincare atau make up yang dipunya, memamerkan keahlian dalam menggunakan make up, dan lain sebagainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhir-akhir ini, sedang ada tren membuat semacam video Toktik dengan memamerkan berbagai skincare atau make up yang dipunya, memamerkan keahlian dalam menggunakan make up, dan lain sebagainya.

Kendati begitu, tren berjoget-ria di aplikasi yang sangat amat digandrungi oleh anak muda zaman sekarang itu, masih melekat rekat--sebab memang itulah fungsi si aplikasi.

Aku heran.

Apa manfaatnya, coba?

"Hei, Nona Cerewet! Kamu gak mau ikutan bikin video Toktik, kayak yang lagi tren sekarang itu?"

Aku menjatuhkan tatapan tajam pada Arsen. "Kamu kira aku cewek apaan?!"

Dengan santai dan tidak nyambungnya ia menjawab, "Cewek cerewet."

"Huh, dasar Tuan Muda Nyebelin!"

Tiba-tiba terdengar celatukan Arsel, "Ya Allah, cuma video Toktik doang, kok, rame amat, ya?"

"Tau, ya? Padahal mah, apa bagusnya coba, joget-joget gitu?" timpal Meher.

Aku menghela napas. "Kata yang pernah kudenger dari siswi di kelas kita, sih, main Toktik tuh asyik."

"Asyik sih, asyik, tapi jangan ngejatuhin harga diri sendiri juga, dong!" tutur Maher.

Lagi-lagi aku menghela napas, tetapi menyetujui tuturan kembaranku itu, tentunya. "Katanya juga, main Toktik tuh kayak melatih ingatan--karena banyak gerakan yang harus diinget."

"Melatih ingatan 'kan bisa pake banyak cara, salah satunya dengan banyak-banyak baca dan hafalin Al-Qur'an," balas Arsen.

"Yah, pokoknya … bagi mereka, main Toktik adalah kegiatan yang sangat amat menyenangkan," ucapku dengan menekankan kata ‘sangat’ dan ‘amat’.

Sekonyong-konyong, aku teringat suatu hal. "Eh, gimana kalo pas kegiatan ekskul Rohis nanti, kita kasih materi yang ada hubungannya dengan bahasan kita ini?"

Arsen menyetujui ideku, "Wah, bagus tuh!"

Sang kembaran ikut setuju. "Boleh banget tuh, Ra!"

"Kayaknya sih emang harus, kudu, wajib, itu!"

"Bener! Biar mereka nggak ngedeketin, bagi yang belum. Nggak kecanduan, bagi yang belum. Dan berusaha mengurangi, bagi yang udah telanjur make dan sampe kecanduan."

Aku tersenyum simpul seraya memandang mereka bergantian. "Oke!"

"Mehra, Meher … sini, Nak!"

Mendengar suara Ummi memanggil kami berdua, aku dan Meher lantas bergegas berlari kecil mendatangi dapur.

"Perlu bantuan apa, Ummi?" tanya Meher.

Aku ikut bertanya, "Hurricane roll cake-nya udah jadi, kah?"

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang