"Hiks, Otakly ... tolonglah pemujamu iniii!"
Aku menatap malas buku kumpulan rumus yang kupegang. Sekadar menatapnya saja sudah membuatku pusing, apalagi kalau harus menghafal semua ini?
Namun, yang namanya pencinta matematika itu memang berbeda, ya? Padahal kalau pada buku catatan pelajaran biasa, tulisan Arsen tidak begitu rapi bahkan terkesan asal-asalan--seakan mengandung prinsip; 'yang penting nyatet'.
Akan tetapi pada buku matematikanya ini, tulisannya benar-benar rapi. Membuat rumus-rumus yang tetap saja membuat kepalaku pusing itu, jadi tampak unik.
"Aku menyerah!" kataku, sambil menyodorkan buku kumpulan rumus ini kepada sang pemilik.
"Apa-apaan, nih?! Baru gitu doang juga, udah nyerah aja! Ayo, coba hafalin lagi!"
"Sen, gak bisa apa, kalo kita langsung kerjain aja?"
"Gimana mau ngerjain kalo rumusnya aja nggak dihafalin?"
"Ya 'kan ada kamu ...," Jeda tiga detik, "nanti nggak gini lagi, kok."
Arsen terlihat mengembuskan napasnya dengan berat. Kemudian melempar tatapan datar dan serius padaku, membuatku hanya mampu bergeming seraya meneguk saliva lamat-lamat.
"Mehra," panggilnya dengan singkat, tanpa bentakan atau penaikan oktaf, tetapi penuh penekanan.
"Mau sampai kapan kamu begini?"
Haduh, tamatlah riwayatku! Kalau bahasa bakunya Arsen sudah keluar, itu tandanya ia sudah sangat serius.
"Eng--nggak tau ...."
"Huft!" Helaan napas itu terdengar lagi. "Mehra!"
"Iya?"
"Jangan terlalu sering bergantung padaku, pada orang lain atau pada jawaban dari internet seperti itu, nanti kebiasaan. Dan kalau suatu hari nanti, misalnya saat ujian; aku dan teman-teman dekatmu lagi nggak bersamamu, kamu pun nggak mungkin nyontek jawaban ke internet karena kamu sendiri gak pernah nyontek saat ujian, bukan?"
"Iya. Aku cuma nyontek pas ngerjain tugas aja, kok--"
"--Tapi sebenarnya sama aja, Mehra. Sama-sama malah akan menyulitkan dirimu sendiri nanti. Kita lanjutkan pemisalan yang tadi; tanpa adanya bantuan teman, tanpa adanya bantuan internet, dan tanpa adanya kemampuanmu sendiri ... bukankah kamu akan jadi kesulitan, saat ujian?"
"Tapi Sen, aku--"
"--Aku inget kok, tentang ceritamu waktu itu, tanpa kamu ingetin sekalipun. Namun, sekali lagi, mau sampai kapan kamu begini? Terpaku pada masa lalu hanya akan menyulitkan masa kinimu dan mempertaruhkan masa depanmu, Mehra.
"Justru kupikir, bukankah dengan kamu dapat melepas diri dari masa lalumu itu dan menjadi lebih baik, kamu akan bisa mengangkat kepala dengan bangga? Tunjukkan pada mereka yang pernah meremehkanmu, bahwa kamu bisa menaklukan tantangan terbesarmu, bahwa kamu bisa mengalahkan ketakutan terbesarmu!
KAMU SEDANG MEMBACA
[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔
Romance[Spiritual-Young adult-Hurt] "Jadi, mau nggak, Ra?" "Enggak! 'Kan masih kecil." "Oh, berarti kalo udah gede, mau nerima?" "Mau, tapi ... dia harus bisa ajarin aku MTK dulu, sampe nilaiku dapet 100 semua." Orang-orang yang mendengar jawabanku tertawa...