LoveMath 40 - Hati yang Lain

113 18 64
                                    

-Bintang di pojok kiri bawahnya jangan lupa dipencet, ya!

“Sejak awal … hati yang lain itu adalah aku,
dan sampai sekarang … hati yang lain itu tetaplah aku.
Dan pertanyaannya adalah … mengapa aku selalu jadi sosok pengganggu?”
📚📌LoveMath📍📊
-fa_mujahiddah11-

Dan pertanyaannya adalah … mengapa aku selalu jadi sosok pengganggu?”📚📌LoveMath📍📊-fa_mujahiddah11-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku ingin begini! Aku ingin begitu! Ingin ini, ingin itu, maruk sekaaliii!

"Semua, semua, semua! Dapat dikabulkan! Dapat dikabulkan dengan saku ajaaiiib!

"Aku ingin terbang bebas di udara! Hei, baling-baling kayu! La, la, la! Aku sayang sekali … Doraenom! La, la, la! Aku sayang sekali … Doraenom! La, la, la--"

"Ssstt!"

Maher langsung berhenti bersenandung-ria dan menatap bingung pada Meher. "Kenapa?"

Sebagai jawaban, tetapi tak ingin benar-benar menjawab, Meher mengendikkan dagu ke arah Mehra. Membuat Maher jadi menatap salah satu kembarannya itu.

"Kamu kenapa, Ra? Kok murung banget gitu?"

"Masih kepikiran tentang hubungan Arsen dan Maisha, kah?"

"Itu salah satunya."

"Salah duanya?"

Terdengar suara tepukan cukup keras, yang dilanjutkan dengan terdengarnya pekikan Maher.

"Duh! Sakit, Er! Kenapa, sih?"

"Serius dikit, napa!"

Maher mengusap lengannya yang baru saja dipukul Meher. "Aku punya kembaran, kok, pada barbar gini, ya? Padahal kalian cewek, loh!"

"Maher!" tegur Meher, kembali mengendikkan dagu ke arah Mehra.

Maher menyengir sedikit, lalu memusatkan atensi pada gadis yang tangan kanannya sedang digandeng oleh tangan kirinya itu.

"Ra, kamu--EH! Kamu abis nangis?"

Mehra yang mulanya menatap Maher--ketika mendengar namanya disebut, jadi mengalihkan pandangan ke sembarang arah guna menghindari kontak mata dengan para kembarannya.

"Eng--"

"--Jangan bohong!" potong Maher dengan segera. "Dengan kondisi kedua mata yang sembap dan tampak lelah begitu, kamu mau ngasih alasan apa, kalo bohong? Kelilipan, hah?"

Mehra hanya bergeming. Tatapan sendunya terjatuh pada jalan beraspal yang sedang dipijaknya. Ya, ketiganya baru saja keluar dari area parkiran dan akan memasuki gerbang sekolah.

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang