♥Math 31 - Pengendalian Rasa

104 15 16
                                    

“Kehadiran rasa itu fitrah,
jadi jangan sampai menjadi fitnah!”
📚📌LoveMath📍📊
-fa_mujahiddah11-

------------------------------------------------------Arsen Iftiqar Khudari Aneh------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------------------------------------------------------
Arsen Iftiqar Khudari Aneh
------------------------------------------------------

Sen, kemarin 'kan Rohis-nya libur, jadi kata Maher, pembahasan kemarin yang tentang "itu" bakal dibahas Ahad depan. Katanya juga, kamu sama Arsel yang bakal bawain materinya.

Aku menatap bingung chat yang sudah kukirimkan pada Arsen sejak kemarin sore, karena belum dibaca sampai kini. Kali ini, bukan hanya ia yang menghilang tidak jelas, tetapi Arsel juga.

Entah ke mana "menghilang"-nya dua sejoli itu.

"Kalo yang "ngilang" Arsen doang, sih, aku udah gak terlalu bingung dan kaget, tapi kenapa sekarang si Arsel ikutan "ngilang"?"

"Gimana, Ra? Udah ada balesan, belum?"

Aku menatap sumber suara--ke arah Meher yang kini sedang menuruni anak tangga bersama Ummi.

Kuberikan gelengan lemah sebagai jawaban.

Ummi ikut bertanya, "Si Neng Arsel juga gak jawab apa-apa?"

Ya, kami memang memberitahukan hal ini pada Ummi sangking paniknya. Namun, kami tak bisa melakukan apa pun selain terus menunggu kabar dari mereka.

"Enggak, Mi, sedikit pun nggak," jawabku.

"Ya udah, lah, mungkin keluarga mereka emang lagi ada acara mendadak yang penting banget, jadi gak bisa ngabarin sama sekali. Husnuzan aja, ya! Inget, Allah itu sesuai prasangka hamba-Nya," nasihat Ummi.

Aku dan Meher bersitatap, lalu menatap Ummi sambil mengulumkan senyum tipis. "Iya, Ummi. Aamiin, semoga aja begitu."

Ummi pun membalas ucapan itu dengan pelukan--beliau memeluk kami berdua secara bersamaan. "Duh, senengnya Ummi punya anak gadis yang cantik-cantik dan baik ini!"

"Itu 'kan karena Ummi sendiri cantik dan baik!" balas Meher.

"Betul!" timpalku, menyetujui.

"Eh, eh, eh! Apa-apaan ini? Pelukan kok gak ngajak-ngajak, sih?!"

Kalian pasti tahu itu suara siapa.

Ummi tertawa. "Kamu ini, Her, Her … sini-sini!"

Maher tergelak dan berjalan mendekat, membuat kami berempat jadi berpelukan. Sayangnya Abi sudah berangkat kerja, sih. Sebab kalau belum, beliau pasti akan ikut-ikutan.

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang