♥Math 49 - Menanggung Luka yang Sama

152 21 11
                                    

-⚠WARNING! SAYA NYEBAR BAWANG LAGI DI SINI!⚠
-Maaf kalo isinya membingungkan :(
-Bintang di pojok kiri bawahnya jangan lupa dipencet, ya!

“Kita sama-sama berduka,
Atas apa yang dialaminya.
Kita pun sama-sama terluka,
Atas kepergiannya.
Dan kalau kita sama-sama menyayanginya,
Apakah kita bisa jadi saling mencinta?”
📚📌LoveMath📍📊
-fa_mujahiddah11-

"Ini surat yang Maisha berikan padaku melalui Arsel, tepat beberapa jam sebelum dia meninggal dunia karena kecelakaan KRL itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini surat yang Maisha berikan padaku melalui Arsel, tepat beberapa jam sebelum dia meninggal dunia karena kecelakaan KRL itu. Awalnya aku bingung karena terdapat dua surat di sana--di dalam kotak kado yang dititipkan pada Arsel. Namun, setelah membaca surat pertama, aku jadi tahu kalau surat yang kedua itu diperuntukkan kepadamu."

Aku yang sejak tadi masih terdiam sembari memandangi surat dari Maisha, mengambil napas sebanyak-banyaknya dan membuangnya dengan perlahan.

Jemari mungilku gemetar memeganginya. Bahkan, entah sudah berapa kali aku mendongakkan pandangan ke langit-langit kamar guna menahan air mata yang siap tumpah saat ini juga.

Padahal akhir-akhir ini, air mataku terus-menerus membanjiri pipi, tetapi ... mengapa kristal bening itu tetap bisa keluar dan seolah tak lelah menampakkan diri?

"Namun, dibandingkan aku ... Maisha pasti jauh lebih sering menangis. Entah sejak kapan dan entah sesering apa dia menangis, juga entah seberapa banyak tetesan air mata yang telah dikeluarkannya."

Suara jarum jam yang bergerak seolah menguasai kesunyian. Membuatku lagi dan lagi menghela napas pelan, guna mendapat sedikit ketenangan.

Akhirnya, setelah cukup lama terdiam dengan pandangan yang masih terjatuh ke arah yang sama, jari-jariku pun tergerak untuk membuka lipatan kertas berupa surat yang tergenggam di tanganku ini.

Baru saja deretan kata menyapa mata, bulir bening bernama air mata kembali menggenang di pelupuk netra.

Assalamu'alaikum, Mehra.

"Wa'alaikumussalam, Maisha," balasku lirih.

Apa kabar?
Kamu baik-baik aja, 'kan, di sana?

Mungkin kamu tak merasa penasaran sedikit pun pada keadaanku, tapi aku tetap akan memberitahumu; bahwa aku ... tak pernah merasa baik-baik saja semenjak kepergianmu, tak pernah bisa benar-benar bahagia ... sejak kita sama-sama memutuskan untuk berjalan di arah yang berbeda, berpisah dan tak lagi bertemu.

Air mata yang kutahan dengan susah payah, pada akhirnya tetap tumpah ruah.

"Maafkan aku, Maisha!"

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang