♥Math 25 - Yang Rumit itu ...

122 21 38
                                    

"Eh, eh! Tunggu, oi!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh, eh! Tunggu, oi!"

Mendapati Arsen tak menggubrisnya, Maher bergegas mengejarnya.

"Oi, Sen! Tunggu dulu, oiiii! Et, dah!"

"Assalamu'alaikum, Pak! Hosh, hosh!"

"Eh, wa'alaikumussalam. Kamu kenapa, Sen, lari-lari gitu?"

Arsen segera menyalimi Pak Dodi. "Saya mau ketemu Bapak!"

Maher yang telat menyusul sang sahabat pun, kini hanya bisa bersembunyi di balik dinding dekat tangga ke lantai XI yang tadi sempat dituruninya dengan tergesa-gesa.

"Sumpah, dah, si Arsen! Pak Dodi agak galak gitu, juga! Kok berani amat ya, dia?!"

Pak Dodi menautkan kedua alis tebalnya dan menatap heran ke arah salah seorang peserta didiknya itu. "Ini 'kan udah ketemu, besok juga ketemu lagi pas jamnya OR.

"Oh ,ya, kamu kenal Mehra, 'kan?" Mendapati muridnya mengangguk, Pak Dodi kembali berujar, "Tolong sampein ya, ke Mehra sama Abhi, pulang sekolah Bapak tunggu di sini buat latihan. Soalnya Bapak mau mantau sendiri latihannya, tapi mereka boleh pulang dulu, kok."

"Nah, itu Pak, masalahnya!"

Pak Dodi mengernyitkan dahi. Semakin dibuat bingung. "Maksudmu apa?"

Arsen menarik napas sedalam-dalamnya dulu sebelum menjelaskan, sebab mendadak diserang rasa gugup. "Itu … Mehra latihan badminnya sama saya aja, ya, Pak?! 'Kan pasangannya saya, kok latihannya sama makhluk an--Kak Abhi?"

"Hampir aja keceplosan! Ngeri, oi!"

"Ya 'kan latihannya gak harus sama pasangan mainnya, Sen. Bisa sama siapa aja. Lagi pula menurut Bapak, murid yang masih payah seperti Mehra itu, harusnya dilatih oleh murid yang sudah andal seperti Abhi."

"Justru karena itu, Pak, kemampuan mereka itu amat sangat jauh berbeda. Bisa jadi, nanti makhluk an--Kak Abhi bakal kewalahan karena Mehra gak bisa-bisa, sedangkan Mehra-nya bakal stres karena diajar oleh orang yang terlalu andal."

"Tapi Abhi gak keberatan, kok, malah dia yang menawarkan diri untuk melatih Mehra. Cuma Mehra-nya aja sih, yang semulanya nolak."

"Nah, 'kan--"

"--Iya deh, iya, kamu aja yang latih Mehra, sana! Bapak capek debat sama kamu! Mending rebahan di bangku panjang pinggir lapangan aja."

"Beneran, Pak?!"

"Iya-iya. Udah, sana, bilang ke mereka! Sekalian siap-siap! Hari ini kalian BMQ, 'kan? Mau pulang dulu apa gimana?"

"Kayaknya langsung aja deh, Pak, tapi nanti saya mau nanya ke Mehra dulu."

"Ya udah. Bapak ke ruang guru dulu. Nanti kalo udah diputusin maunya gimana, bilang aja! Wassalamu'alaikum."

Arsen kembali menyalimi sang guru. "Iya Pak, terima kasih. Wa'alaikumussalam."

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang