♥Math 21 - Kesan Pertama

123 18 62
                                    

"Duh, Ra, kamu piket Jumat-nya sendiri aja, ya? Aku kebelet, nih!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Duh, Ra, kamu piket Jumat-nya sendiri aja, ya? Aku kebelet, nih!"

Aku sontak memasang raut nelangsa. "Yah …."

"Maap ya, Ra! Aku pergi dulu, bye!"

"Eh-eh, Maher!"

"Haduh, masa aku harus piket sendirian, sih?"

Akhirnya, aku mencoba untuk masuk ke dalam ruang guru guna mengambil kantong infak seperti biasa. Namun, baru setapak aku melangkah, langkah yang kuayun malah kembali mundur.

"Ayolah, Ra! Ini udah Jumat minggu ketiga, tinggal satu kali lagi. Dan itu pun bisa dilakukan bersama Arsen. Ayo Ra, ayo! Jangan takut!"

Untuk bulan ini, aku, Arsen, Rika, dan dua orang kakak kelas-lah yang mendapat jadwal piket Jumat. Sedangkan untuk bulan lain, murid dari kelas lain yang mendapat giliran.

"Duh, ayo dong, Ra! Kamu harus bisa! Masa gitu aja malu?"

Aku mencoba melangkahkan kaki kananku untuk yang ketiga kali, tetapi lagi-lagi malah mundur dan berakhir hanya berdiri dengan gusar di dekat pintu ruang guru.

"Assalamu'alaikum, Mehra?"

Aku menoleh dengan cepat. Itu suara Kak Abhi! "Eh, wa'alaikumussalam, Kak. Ada apa?"

"Harusnya Kakak yang nanya gitu ke kamu. Ada apa? Kamu kok mau masuk ke sana, tapi gak jadi mulu?"

Aku meringis malu mendengarnya.

"Ya Allah, Ra, kamu tuh bisa gak sih, jangan bertingkah aneh begitu?!"

Kak Abhi bertanya lagi. "Kamu mau piket Jumat?"

"Iya Kak."

"Kok sendirian? Temen kamu mana?"

"Temen kamu? Arsen kah, maksudnya? Eh, tapi, kok aku baru sadar ya, kalo Kak Abhi jarang sekali menyebut nama Arsen?"

"Yang Kakak maksud itu … Arsen?" Melihat Kak Abhi mengangguk, aku pun menjawab, "Qadarullah, Arsen lagi kurang sehat, Kak. Jadi gak bisa nemenin."

Kak Abhi ber'oh'ria. "Kalo gitu, kenapa kamu gak masuk-masuk ke dalem?"

"Malu," jawabku lirih.

"Malu?" Kak Abhi membeo.

"Iya, malu sama guru-guru di dalem. Soalnya saya emang hampir gak pernah sendirian kalo mau masuk ke ruang guru. Saya baru bakal berani kalo emang kepepet banget. Karena biasanya, seenggaknya ada yang nungguin di ambang pintu, jadi gak bener-bener sendirian."

Tanpa diduga, Kak Abhi terkekeh.

Ia menertawakanku?

Iya sih, orang sepertiku ini 'kan memang aneh.

"Mau Kakak temenin ke dalem?"

Dengan refleks, aku mengangkat tangan di depan dada dan membentuknya menjadi tanda silang. "Eh, jangan, Kak! Gak usah, gak usah!"

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang