♥Math 15 - I y=1/x x²+y²=9 y=|-2x| x=-3|sin y| You

354 30 27
                                    

Pukul satu siang lewat beberapa menit, kami berlima sampai di rumah Arsen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul satu siang lewat beberapa menit, kami berlima sampai di rumah Arsen. Karena sebelumnya, kami harus bertolak ke sekolah untuk mengikuti kegiatan ekskul.

Bukan ekskul Rohis tentunya. Karena ekskul yang bernama lengkap Rohani Islam itu, diadakan setiap hari Minggu. Melainkan, untuk mengikuti kegiatan ekskul PMR--untukku, Meher dan Arsel--dan Taekwondo--untuk Arsen dan Maher.

"Ikut ekskul PMR seru juga, ya!?"

"Iya, dong!"

"Jadi, kamu gak nyesel 'kan, masuk ekskul ini?" tanyaku.

"Enggak. Emang sih, awalnya susah karena sebelumnya aku bukan dari ekskul PMR, melainkan bener-bener baru sekarang."

"Yah … semua hal 'kan emang gak ada yang diawali dengan mudah. Mungkin ada, tapi sedikit. Contohnya, belajar MTK sama kembaranmu itu. Baru awal aja aku udah mau nyerah, rasanya."

"Jangan kebanyakan ngeluh! Nanti makin kerasa berat jalaninnya," tegur Arsen.

"Ya gimana gak berat, kalo aku ngejalaninnya sambil kebingungan gini?"

"Kebingungan?"

"Iya, bingung. Kenapa coba kamu bersikeras ngajarin aku MTK? 'Kan yang ngasih syarat aku. Jadi harusnya walau kamu mau ngelakuin hal yang kukasih syarat itu, persetujuanku diperlukan, bukan?"

"Kamu sendiri, kenapa nurut-nurut aja? 'Kan kamu bisa ngelakuin apa pun buat ngebatalin kegiatan belajar-mengajar gini."

Aku mengerucutkan bibir. "Ummi yang nyuruh."

"Loh, kamu bilang-bilang ke ummimu?"

"Bukan aku, tapi Maher yang bilang!" Aku mendelik kesal ke arah Maher yang kini malah cekikikan tidak jelas.

"Maher, kamu gak boleh gitu! Sebaiknya sebelum bilang, kamu diskusiin dulu hal itu sama Mehra," kata Arsel.

"Tuh, Her, dengerin!"

Maher mengerjap, lalu menggaruk tengkuknya yang aku yakini tidak sedang gatal.

Ada apa dengannya?

"Eh, iya maaf. Hehe."

Arsel geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah kembaranku itu. "Mau langsung kerja kelompok atau istirahat dulu?" tawarnya.

"Istirahat duluuu!"

"Kita 'kan baru aja sampe, Sel. Masa langsung ngerjain tugas kelompok? Jahat banget sih, kamu."

Arsel terkekeh. "Bukannya jahat, tapi biar capeknya sekalian. Jadi di akhir nanti, tinggal istirahat aja."

"Oh, iya-iya, tapi istirahat dulu, ya? Bentar aja! Please! Capek banget, nih."

"Iya, gak pa-pa."

Aku menatap Arsen, membuat lelaki yang mungkin merasa sedang diperhatikan itu, menatapku balik. "Ini yang kemarin kubilang aneh," bisikku.

Arsen tak menjawab ucapanku dan malah langsung berkata, "Kamu cari mati, ya, Her?"

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang