LoveMath 22 - Senam Jantung

134 15 40
                                    

"HUAAA!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HUAAA!"

Dan Arsen mengangkatnya!

Dengan buru-buru, kuarahkan ponselku agar menghadap atas, sehingga yang akan Arsen lihat nanti adalah langit-langit kamarku.

"Assalamu'alaikum, Ra? Kenapa?"

"Wa'alaikumussalam …," jawabku sambil meringis menahan malu, "kenapa diangkat, sih?!"

"Lah? Apa maksud--"

"--Bye, wassalamu'alaikum!"

Sambungan video call itu pun terputus.

Kini, aku tergeletak di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar dengan napas memburu. Tak lupa dengan senam jantung yang sejak tadi membuat dadaku terasa sedang digedor-gedor ini.

Aku memicingkan mata, tetapi kejadian tadi malah terputar di kepala.

Menyebalkan sekali!

"Ya Allah, aku malu semalu-malunya! Mana besok ada jadwal belajar bareng, pula!"

"HUAAA!"

"Mehra, jangan teriak-teriak!"

Teriakan protes dari dua kamar yang sama-sama berada di sebelah kanan kamarku--tepatnya kamar Maher dan Meher, membuatku langsung membekap mulut.

📌📚💯📚📌

"Eh, eh! Masa kemarin malem ada yang--"

"--Arsen!" pekikku tanpa sadar, membuat empat pasang mata segera menatapku. "Eh, eum … kapan belajarnya dimulai?"

Arsen menarik salah satu sudut bibirnya, tersenyum miring. "Wah, ada angin apa nih, sampe kamu tiba-tiba bersemangat belajar MTK gini?"

"Angin sepoi-sepoi!" jawabku asal dan dengan nada ketus.

"Jangan-jangan, gara-gara kejadian kemarin malem y--"

"--Sen!" pekikku lagi, dan kembali menerima hujaman tatapan heran. "Kali ini rumus apa aja yang harus kuhafal?" tanyaku dengan cepat.

Arsen menatapku dengan alis kiri yang terangkat. "Emang yang kemarin-kemarin udah kamu hafal semua?"

"Ya--ya belum semua, sih. Mungkin baru setengahnya aja," jawabku sambil menahan malu.

"Kalo yang sebelumnya aja masih banyak yang belum kamu hafal, terus kenapa udah minta yang baru? Udahlah, Ra, gak usah menyiksa dirimu sendiri begitu. Aku tau kok, otak dan batinmu udah lelah 'kan, sebenernya?

"Lagian juga, waktu belajarnya masih lama, kok. Jadi, daripada kita ngebahas rumus yang cuma bakal bikin kamu pening, gimana kalo kita omongin kejadian kemarin malem aj--"

"--Arseeen!" Suaraku terdengar memelas.

"Kenapa, hm?" Ia bertopang dagu, menatapku jahil. "Jangan maksain dirimu sendiri, Mehra! Nanti kalo kamu tertekan, terus sakit dan ujung-ujungnya mati karena bunuh diri, gimana? Aku 'kan jadi gak punya target bully-an lagi," katanya dengan nada sok sedih.

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang