♥Math 45 - Tak Lagi Sama

115 20 31
                                    

-Gak tau kenapa notifnya gak masuk. Jadi sekarang kalo mau baca update-annya klik link yang saya kasih di "pengumuman" aja, ya :')
-Bintang di pojok kiri bawahnya jangan lupa dipencet, ya!

“Ketika keadaan tak lagi sama,
Akankah rasa perlahan sirna?”
📚📌LoveMath📍📊
-fa_mujahiddah11-

“Ketika keadaan tak lagi sama,Akankah rasa perlahan sirna?”📚📌LoveMath📍📊-fa_mujahiddah11-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening menyapa.

Aku dapat melihat kedua mata Kak Abhi menyorotkan keterkejutan dan setitik rasa sedih.

"Mungkin dia merasa kasihan padaku, tapi aku gak akan mempermasalahkannya, apalagi sampai benci diperlakukan demikian dan sampai mengatakan; "mereka hanya kasihan, bukan benar-benar peduli.". Sebab bukankah rasa kasihan merupakan bagian dari kepedulian?"

"Mehra!"

Panggilan itu membuyarkan keheningan yang sempat mengisi di antara kami.

Maher, Meher dan Arsel yang tadi dengan kompak memanggil namaku, kini berjalan menghampiri kami.

"Kamu abis ke mana aja, sih?"

Arsel mengangguki pertanyaan Meher. "Kok lama banget, Ra?"

"Kami sampe kalut nyariin kamu ke mana-mana, loh!"

Aku meringis. "Duh, maaf, ya! Kayaknya tadi aku jalannya kejauhan, deh."

"Iya, gak pa-pa."

"Alhamdulillah kalo kamu baik-baik aja. Oh, iya!" Tatapan Maher beralih pada Kak Abhi. "Makasih ya, Kak."

"Eh? Iya, sama-sama."

"Eum, Ra?"

"Iya, Sel?"

"Kamu ... sempet ketemu Arsen, gak? Soalnya tadi dia bilang mau ngelilingin tempat ini. Perginya juga udah cukup lama, beberapa menit setelelah kamu pamit pergi, tapi sampe sekarang dia belum balik."

"Oh?" Kedua alisku terangkat. "Pantes aja tadi dia jalannya sendirian."

"Iya, Sel. Tadi kami sempet ketemu sebentar, tapi abis itu Arsen langsung pergi. Gak tau ke mana, soalnya pas ketemu juga kami gak ngomong apa-apa."

"Oh, gitu ya? Makasih, Ra."

"He-eum, sama-sama."

Kini, kulihat tatapan Maher beralih lagi jadi tertuju pada Arsel. "Perlu bantuan buat nyari Arsen?"

"Eh, makasih tawarannya, tapi kayaknya gak usah, deh. Soalnya, kayaknya dia lagi butuh waktu buat menyendiri." Arsel melirik aku dan Kak Abhi sekilas.

Ada apa?

"Oke deh."

"Dek, sebentar lagi jam dua, nih!" Kak Abhi tampak melihat sejenak jam tangan yang dikenakannya. "Ayo, kita siap-siap buat pulang! Tapi sebelum itu, mending kita cari Arsen dulu, deh. Soalnya HP-nya dikumpulin, jadi kita gak bisa ngabarin Arsen, 'kan?"

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang