[Spiritual-Romance]
"Jadi, mau nggak, Ra?"
"Enggak! 'Kan masih kecil."
"Oh, berarti kalo udah gede, mau nerima?"
"Mau, tapi ... dia harus bisa ajarin aku MTK dulu, sampe nilaiku dapet 100 semua."
Orang-orang yang mendengar jawabanku tertawa.
Tiba-ti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gue iseng, hehe."
"Tapi gak lucu, sumpah!"
"Ya 'kan gue emang lagi iseng, bukan lagi ngelawak!"
"Eh, eh, eh! Kalian ini, ya, ribut terus!"
Ummi muncul dari arah dapur bersama Meher, sambil membawa nampan yang di atasnya terdapat beberapa gelas parfait.
"Loh, tumben Ummi bikin parfait?" tanya Maher, mewakili rasa penasaranku.
Aku yang menjawab, "Kata Ummi, Ummi sengaja bikin karena Arsel dan Arsen suka banget parfait. Makanya, sejak kemarin, Ummi sibuk belajar bikin parfait."
"Tuh, jawabannya udah diwakilin sama si bungsu!"
Aku menyengir saja, kemudian membantu Ummi meletakkan lima gelas parfait dengan isi dan rasa yang berbeda itu ke atas meja. Sementara itu, Maher hanya ber'oh'ria.
"Aduh, Tante, jadi repot gini …," ucap Arsel, mungkin merasa tak enak hati.
"Enggak repot sama sekali, kok, Neng Arsel. Ummi emang pengen belajar bikin ini dari lama, tapi kelupaan mulu hehe."
"Makasih ya, Tan," kata Arsel dan Arsen bersamaan.
Melihat Arsel dan Arsen bertatapan dengan tatapan bingung, Ummi melanjutkan perkataannya, "Panggil ‘Ummi’ aja."
"Siap, Ummi!"
"Nah, bagus!"
"Bagus gak ada di sini, Mi," komentar Arsen.
"Heeee? Maksudnya apa? Maksudnya si Bagus, gitu?"
"Gak usah ngomongin dia, deh!" omelku.
"Eh, ulah kitu atuh, Eneng! Pan si Bagus teh bogoh ka Eneng."---"Eh, jangan gitu dong, kamu (/sebutan untuk anak perempuan atau gadis)! 'Kan si Bagus tuh suka sama kamu (/sebutan)."
"Kajeun lah, Mi. Da eta budak mah meuni pikasebeleun."---"Biarin lah, Mi. Lagian bocah itu tuh bikin kesel banget."
"Heh, ulah kitu! Engke mun Eneng ujung-ujungna bogoh ka si Bagus, kumaha?"---"Heh, jangan gitu! Nanti kalo kamu ujung-ujungnya suka sama si Bagus, gimana?"