LoveMath 8 - Kepekaan Tuan Muda Nyebelin

193 26 38
                                    

"Hiiih, gak mau!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hiiih, gak mau!"

"Ya ampun, Ra, cuma ngusap bulu kelinci doang, masa takut?!"

"Ya namanya juga takut!"

"Makanya, biar gak takut lagi, coba usap bulunya dulu. Atau mau gendong sekalian?"

"Enggak, nggak mau!"

"Sebentar … aja! Biar ketakutanmu gak makin parah."

"Ish, gak mau!"

"Masa kamu mau takut sama kelinci terus? Ini cuma kelinci, loh, ke-lin-ci dan pe-ma-kan wor-tel. Bukan monster pemakan daging manusia!"

"Tapi bagiku dia itu monster mungil!" Aku yang sedang bersembunyi di balik tiang rumah Arsen sembari memeluknya, melanjutkan ucapanku lagi, "lagian nih, ya, kok kamu kayak yang maksa banget aku harus ilangin rasa takutku ke kelinci sih? 'Kan yang takut aku, lalu apa hubungannya denganmu?"

"Ya 'kan aku bakal melihara kelinci terus, Ra. Walau aku udah dewasa nanti, dan walau kelinci ini mati. Aku bakal adopsi kelinci lain."

Kernyitan di dahiku semakin timbul. Sebenarnya, apa sih maksudnya?

"Oh, ya, satu lagi. Kamu 'kan cowok, kenapa melihara kelinci? Kalo kucing yang kamu pelihara sih, masih wajar."

"Ya emang kenapa? Gak boleh?"

"Bukan gitu, heran aja."

"Oh. Gak pa-pa, sih, pengen aja, soalnya imut. Sebenernya juga dulu sempet punya anak kucing, tapi mati diserang guguk. Jadinya aku trauma, deh."

Aku ber'oh'ria. "Ooh. Terus, apa hubungannya kamu mau melihara kelinci seumur hidup dengan aku?"

Arsen bergeming. Sepertinya menyadari sesuatu.

Sudah kubilang, 'kan? Arsen itu memang aneh! Walau hanya terkadang, sih.

"Ra, beneran gak mau coba usap bulunya? Ini lembut banget, loh! Beneran, deh." Arsen mengeluskan bulu kelinci yang sejak tadi digendongnya ke salah satu pipi.

"Hahh … aku 'kan penasaran, jadinya!"

Aku melepas pelukanku pada tiang rumah Arsen. Berjalan mendekat dan berjongkok tak jauh dari posisinya. "Ya udah deh, mau coba."

"Nih!"

"Hiiihh! Jangan disodorin tiba-tiba gitu, dong! Aku 'kan masih takut dan jadi kaget, tau!"

"Ehehe, iya maaf."

Perlahan, tetapi pasti, telapak tangan kananku terulur mengusap bulu kelinci Arsen yang ternyata begitu lembut. Rasanya nyaman sekali.

"Wah, iya, beneran lembut banget."

"Nah, 'kan, kubilang juga apa? Mau gendong juga? Nih!"

Usai menjawab tawaran Arsen dengan anggukan kepala--yang mungkin terlalu antusias sampai-sampai lelaki itu terkekeh melihat tingkahku, kelinci itu pun berpindah tangan.

[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang