"Sen?"
"Hm?"
"Arsen?"
"Kenapa?"
"Arseeen?"
"Ada apa, Mehraaa?"
Aku menggeleng. "Gak jadi, deh."
"Dih, gak jelas!"
"Biarin."
Aku terdiam cukup lama. Sebuah ubi yang ada di tanganku dan sedang kuukir dengan menggunakan cutter pun, ukirannya jadi kurang rapi sebab tengah kurang fokus.
"Tuan Muda Nyebelin?"
"Ada apa lagi, sih, Nona Cerewet?"
"Aku mau nanya, tapi aku bingung mau nanyanya gimana?"
"Udah, tanya aja!"
"Eum, gini, kamu … beneran gak ada seseorang yang lagi disukai?"
Arsen yang sedang mengukir ubi miliknya dengan bentuk daun, mengalihkan atensinya padaku. "Beneran, gak ada."
"Kalo yang kamu kagumi? Ada nggak?"
"Ada, pas hari Senin minggu lalu 'kan aku udah bilang."
"Si--siapa?"
"Masa iya yang dia maksud itu …"
"Kamu."
Kedua mataku membola.
"Bu--bukan kagum yang kayak gitu, Sen, tapi lebih ke … apa, ya? Kayak yang awalnya tertarik, terus jadi kagum, terus--"
"--Tapi perempuan yang kukagumi cuma kamu, ke yang lain aku biasa aja. Bahkan ke Meher sekalipun. Kalo ke Ummi dan Arsel jelas beda, ya, karena namanya sayang kalo ke mereka mah."
Aku bergeming, tetapi sebenarnya sedang berpikir keras.
"Kalo yang bikin kamu tertarik? Ada nggak?"
"Kamu mau jawaban yang jujur, yang bohong, atau yang beralibi?"
"Kenapa dia tiba-tiba nanya kayak gitu?"
"Udah, jawab aja mau jawaban yang mana! Segala ngebatin dulu, kelamaan!"
Aku mengembungkan kedua pipiku. "Jawaban yang jujur, lah."
"Tapi janji, ya … setelah aku jawab yang jujur, kamu gak nanya-nanya lagi?!"
"Iya. InsyaaAllah, tapinya, ehehe."
Arsen menaruh ubinya yang masih belum selesai diukir ke atas koran--yang telah dipenuhi oleh sampah karena mengukir ubi di atasnya, membuatku melakukan hal serupa.
Ia bersedekap sambil menjatuhkan pandangan ke arah lantai. "Ada. Aku merasa tertarik pada seseorang.
"Dia itu satu-satunya orang yang bisa bikin aku tertarik. Walau banyak yang lebih darinya; seperti lebih taat, lebih cantik, lebih pintar, dan sebagainya, tapi aku malah tertarik pada dia yang mungkin tampak biasa-biasa aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SYaHS1] LoveMath | SELESAI✔
Roman d'amour[Spiritual-Young adult-Hurt] "Jadi, mau nggak, Ra?" "Enggak! 'Kan masih kecil." "Oh, berarti kalo udah gede, mau nerima?" "Mau, tapi ... dia harus bisa ajarin aku MTK dulu, sampe nilaiku dapet 100 semua." Orang-orang yang mendengar jawabanku tertawa...