9 : Dewa Kematian

3.7K 601 139
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Setelah kejadian Andis yang tiba-tiba berubah setelah melihat makhluk berpakaian hitam bernama Yama, para mantra menanyai Andis tentang apa yang terjadi.

Andis menceritakan semua kejadian termasuk tentang hantu anak kecil yang sekarang menghuni mantra coffee.

"Berarti dalam waktu 24 jam makhluk hitam itu bakalan kesini lagi?" Tanya Dirga.

Andis mengagguk.

"Selama gua hidup dengan melihat makhluk-makhluk ghaib, baru kali ini gue ngerasa takut." Ucap Andis gemetar.

"Apa ga ada cara buat ngusir makhluk itu?" Tanya Dirga.

"Biasanya gua ngusir mereka yang nyoba gangguin gua, pake doa dan modal keberanian aja."

"Yaudah lu coba aja beraniin dis sambil lu baca doa." Saran Dirga.

"Btw lu bilang kan dia mau jemput bocah kecil itu, lu tanya aja sama bocilnya ada urusan apaan mereka." Usul Ajay.

Tama mengagguk setuju dengan usulan Ajay.

"Sekarang dimana bocahnya?" Tanya Dirga.

Andis menunjuk tempat Ajay duduk. Ajay mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Dipangkuan Ajay."

Ajay reflek berdiri.

"Ahahaha haus juga ya, mi...minum dulu ah." Dia berjalan ke arah dapur.

"Sekarang dia ke arah dapur." Ucap Andis.

"Ahahaha ternyata ngantuk deh, bukan haus." Ajay berjalan menuju tangga.

"Dia terbang ke atas." Ucap Andis.

Ajay berlari menuju Andis sambil melompat-lompat.

"Whaaaa...Mau lu apa si bangke?" Menjitak kepala Andis.

"hahahahaha" Andis dan Dirga tertawa dengan tingkah Ajay yang penakut, sedangkan Tama hanya tersenyum.

Ajay sebenarnya tipikal orang yang realistis dan kurang mempercayai mereka yang tak kesat mata, namun dia memiliki sifat penakut yang dimana bertolak belakang dengan prinsipnya.

"Enggak kok, sekarang hantu anak kecilnya ga ada." Kata Andis.

"Serius lu? kemanain emang itu bocah, katanya jadi nempel di tempat kita?" Tanya Ajay.

"Ya gatau deh, gua ga terus-terusan bisa ngeliat mereka, ada momen-momen tertentu aja dimana mereka bisa terlihat." Balas Andis.

"Momen-momen gimana?" Tanya Dirga.

"Ya kalo ada maunya kadang muncul gitu aja, tapi kalo di cariin ga ada."

"Intinya harus mereka yang harus berkomunikasi duluan. Bisa sih kita paksa panggil, tapi harus ada media untuk mereka rasuki, dan ga menjamin kalo yang masuk itu arwah yang kita tuju." Ucap Andis.

"Kalo gitu kita coba aja berinteraksi sama si bocah." Usul Dirga.

"Yang jadi medianya siapa?" Tanya Ajay.

"Elu lah Jay." Canda Dirga.

"Mending gua tidur." Balas Ajay.

"Yaudah, gua deh." Dirga bersedia menjadi media untuk pemanggilan arwah.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang