56 : Palsu

2.1K 395 21
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

"Eh tau ga sih? jembatan di belakang kampus?" tanya seorang wanita yang sedang berjalan melewati Andis kepada temannya.

"Yang deket tukang bakso itu ya?" tanya wanita yang satunya.

"Kalo malem banyak kecelakaan gara-gara lihat sosok nenek-nenek serem tau gak sih?"

"Oh iya iya tau, kabarnya emang angker di situ."

Andis hanya duduk sambil tidak sengaja menguping pembicaraan mereka berdua. Belakangan ini Andis tak seperti biasanya, ia lebih banyak diam dan menyendiri. Ia berpikir dan terus berpikir bagaimana jadinya jika sosok Sekar menghilang?

Dilema antara senang karena Sekar bisa kembali ke tempat yang seharusnya, dan sedih karena tanpa sadar ia menyukai hantu itu. Ya apapun itu, yang jelas sekarang Andis ingin membuktikan tentang keberadaan sosok nenek yang dibicarakan dua orang wanita yang lewat tadi. Karena hari masih siang, Andis putuskan untuk pulang terlebih dahulu dan kembali lagi nanti malam. 

Sore ini Anna sudah mulai bekerja di mantra untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan Karmila. Tak seperti biasa, Andis yang biasanya gemar menggoda wanita cantik, kini seperti tak bergairah dengan hal-hal bodoh semacam itu. Tama yang menyadari hal itu menjadi penasaran.

Sekitar  habis isya Andis turun dengan kaos hitam dibalut jaket berwarna coklat dan juga celana jeans robek di dengkul, dengan santainya Andis berjalan keluar.

"Topi lu ketinggalan," ucap Tama yang menghampiri Andis mengenakan topi.

"Lu ga cocok tau pake ginian," balas Andis sambil mengambil topinya di kepala Tama.

"Lu mau kemana?" tanya Tama.

"Buktiin urban legend, mau ikut?" ajak Andis.

Tama mengacungkan jempol kanan favoritnya, pertanda ia setuju untuk ikut. Mungkin karena sempat hujan tadi sore, membuat hawa terasa dingin, Tama mengenakan jaket parasut berwarna biru yang agak tebal.

Mereka berdua meluncur ke tempat yang dikatakan angker, tapi sebelum itu mereka berdua makan bakso dulu di warung bakso yang terletak tak jauh dari tempat perkara kejadian.

"Dingin-dingin makan bakso itu rasanya seger banget pak," ucap Andis berbasa-basi pada penjual bakso.

"Seger mah pake es campur kali mas," balasnya.

"Ah bisa aja si bapak, biar saya jadi beli es campur kali hahaha."

"Ya namanya juga usaha mas," balas bapak itu sambil cengengesan.

Setelah mereka berdua selesai dengan makanan mereka dan hendak membayar, Andis bertanya tentang tempat yang dikatakan angker itu. Penjual bakso menjelaskan bahwa tadinya tempat itu tidak angker, tapi beberapa tahun lalu ada seorang nenek yang tewas akibat menyebrang jalan, dan sejak saat itu banyak pengendara yang kerap melihat sosok nenek itu di pinggir jalan dengan wajah yang menyeramkan.

Mendengar itu Tama jadi merinding, suasana terasa makin dingin, suhu yang tadinya sudah mulai sejuk kini menjadi dingin kembali untuk Tama. Udara brutal mencoba menerobos jaket tebalnya dan menusuk-nusuk kulitnya.

"Lu ga takut kan Tam?" ucap Andis yang menunggu uang kembalian.

Tama hanya menggeleng tak bersuara.

Andis menyalakan motor dan langsung bersama Tama pergi ke spot yang katanya angker, mereka turun dari motor dan menunggu di sana.

"Tam," panggil Andis.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang