76 : Reborn

2K 365 55
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Seorang pria dengan jaket hoodie merah bertulisan 'the beast no mercy' di punggungnya sedang duduk sambil memperhatikan Andis yang sedang diburu oleh si pria berbaju hitam. Pria berhoodie merah itu tersenyum melihat Andis.

Takdir yang mempertemukan kita lagi, ternyata ... orang itu memang orang yang baik, si lemah bertopi yang pemberani.

Pria itu beranjak dari duduknya dan membuka hoodie yang menutupi kepalanya, ia menyeringai sambil memainkan bunga merah.

Sementara jarak antara Andis dan pria berbaju hitam itu semakin menipis, pria itu mengarahkan pistolnya pada Andis, ia membidik kaki Andis.

Wah, mampus gua. Andis berpikir bagaimana caranya untuk bisa selamat, tetapi hanya kematian yang selalu muncul dalam benaknya.

Braakk!

Kepala pria berbaju hitam itu terbentur di peti mati yang berada di sebelahnya, seseorang memegang kepalanya dan sengaja membenturkannya ke peti mati itu, pria berhoodie merah dengan seringai yang memperlihatkan taringnya. Andis menoleh ke belakang, matanya terbuka lebar seakan ingin keluar, Andis sangat kenal betul sosok pria berhoodie merah itu.

"Emil Wijayakusuma!"

Setelah membenturkan pria itu, Emil menoleh ke arah Andis, "oi, oi, oi, lama ga ketemu," ucap Emil sambil tertawa.

Bukannya, Emil ada di penjara?

Andis tak tahu, sosok mengerikan itu adalah musuhnya atau sekutunya, mengingat namanya terpampang di peti mati yang terbuka, bisa saja Emil juga terjebak di Alam Suratma karena situs misterius yang sama dengannya.

Beberapa hari yang lalu.

"Ini surat izinnya," ucap Inspektur sambil memberikan sebuah dokumen.

"Apa ... gapapa, ngebebasin orang itu?" tanya Inspektur lagi.

"Saya yang akan bertanggung jawab penuh kekeke."

Uchul dan Inspektur berjalan menuju sel seseorang, dengan ditemani beberapa penjaga. Sesampainya di depan sel, orang yang berada di dalam sel sedang melakukan sit up, ia tak menyia-nyiakan waktunya dengan bersantai-santai, ia tetap menjaga kebugaran tubuhnya, terlihat jelas otot-ototnya berteriak penuh semangat.

"Emil Wijayakusuma," panggil Inspektur.

"Inspektur, saya itu--benci aroma pekat seekor serigala berbulu domba," ucap Emil yang menghentikan aktifitasnya dan menoleh ke arah Uchul yang sedang menyeringai ke arah Emil.

"Mari kita buat kesepakatan," ucap Uchul yang mencoba bernegoisasi.

Emil tak menjawab, ia mengambil handuk kecil dan mengusapkan handuk itu ke tubuhnya.

"Lu bakalan bebas dalam beberapa hari, tentu aja di bawah pengawasan gua," ucap Uchul.

"Buang-buang waktu--gua menolak," balas Emil.

"Lu bakalan jadi seorang pahlawan yang akan menyelamatkan banyak nyawa ...," ucap Uchul berbisik.

Terlihat jelas, kedua kuping Emil yang bergerak, mendengar kalimat pahlawan.

"Anggap aja--gua lagi coba ngerokendasiin lu buat jadi unit Dharma, sejujurnya kehilangan sosok Tara itu ... bagaikan kehilangan setengah kekuatan Dharma," lanjut Uchul sambil menyeringai.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang