29 : Tentang Waktu

2.5K 448 30
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Tak ada yang salah dengan rasa pahit dan kenangan bercumbu di tepi cangkir. Nikmati saja hingga beranda takdir, sambil menatap tarian gerimis satir. Dengan memagut secangkir kopi, mereka berlindung dari godaan kesepian yang merasuk.

Namun bagi kami, Kopi yang baik adalah kopi yang bisa menjadikan dirimu lebih tangguh dari lidahmu, dalam menanggung kepahitan. Coba jawab! Mana yang lebih pahit, Kopi tanpa cumbuan gula, atau rindu yang dibiarkan menggigil tanpa nama?

Kopi dan perempuan, mereka saudara kembar. Dua-duanya keras kepala perihal rasa.

Malam ini mantra coffee bermandikan aroma melati, bukan karena pengharum ruangan ataupun bunga melati. Aroma itu berasal dari gadis bergaun putih yang belakangan ini mengikuti Andis, sebut saja Sekar.

Dua orang gadis masuk ke dalam mantra, mereka seperti gadis yang masih SMA. Mereka memilih tempat duduk di sebelah kaca agar bisa melihat pemandangan hujan di luar. Memang belakangan ini hujan hampir setiap hari membasahi bumi Jogja, menghidupkan tumbuhan seperti menghidupkan rindu yang telah lama mati.

Andis menghampiri dua gadis itu sambil memberikan daftar menu, "silahkan, mau pesan apa?"

Gadis dengan kunciran rambut kebelakang menatap Sekar dan gadis yang satunya melihat menu.

"Andis, andis, aku diliatin," bisik Sekar.

Andis tak menjawab Sekar. Setelah beberapa menit kedua gadis itu memesan, Andis berjalan untuk memberikan daftar menu pada Mila yang sedang mengomandani batalion dapur.

"Mana ada sih yang bisa liat kamu," ucap Andis menjawab pertanyaan Sekar tadi.

"Paling juga cuma Dirga yang bisa liat," timpalnya lagi.

Sekar mencoba melihat gadis dengan kunciran itu lagi, dan lagi-lagi mata mereka saling bertemu. Namun Sekar menghiraukannya, karena mungkin omongan Andis benar, itu hanya kebetulan.

Namun 60 menit telah berlalu dan gadis itu seperti memang melihat Sekar.

"Diliatin dia rasanya kayak diliatin Andis," ucap Sekar.

Saat gadis berkuncir itu menatap Sekar, gadis yang satunya ingin memesan menu lagi dan memanggil Andis dengan cara mengangkat tangannya. Andis berjalan menghampiri gadis-gadis itu lagi.

"Mau pesen onion ring nya satu ya," pesan gadis itu.

Ketika Andis sedang mencatat pesanannya, gadis ber kuncir itu unjuk bicara.

"Mas punya pacar?" Tanya gadis ber kuncir itu.

Dirga dan teman-teman sontak melihat ke arah gadis itu, sambil iseng menggoda Andis.

"Cie, cie biasa godain cewek, sekarang digodain cewek," ucap Dirga.

"Kiran suka sama masnya?" Ucap gadis yang baru memesan onion ring.

"Eh?! Enggak kok, cuma penasaran aja," ucap Kiran.

"Penasaran apa tuch?" Goda Andis.

"Iya penasaran, masih hidup atau udah--"

"Kiran kebiasaan, ga sopan nanya nya," potong temannya.

Andis menoleh ke belakang, ke arah Sekar.

"Habisnya dari tadi cewek itu ngikutin mas mulu," ucap Kiran sambil menunjuk Sekar.

"Cewek apa si? Kan ga ada orang di situ," ucap temannya.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang