62 : Peti Hitam Vs Mantra x Dharma 4

2.1K 388 90
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Di belakang pria berjaket merah, berdiri ribuan makhluk yang tak jelas rupanya. Namun, jelas terlihat mata merah menyala mereka yang sedang menatap tajam pada Ronggeng, seakan siap menerima perintah dari si jaket merah.

"Jadi--"

"Mau tinggal, atau pulang?" tanya nya pada Ronggeng.

Makhluk-makhluk ini sangat berbeda dengan pasukan ronggeng, benar-benar seperti monster dan semua berwarna hitam. Ronggeng hanya diam membisu, bibirnya biru, tubuhnya gemetar.

"Ke--ke--ke," Tawa Uchul yang aneh, juga membuat Ronggeng semakin ketakutan.

"Dadah," ucap Uchul melambaikan tangan pada Ronggeng.

Ronggeng berlari ke arah Uchul dan menggandeng lengannya, "bawa aku pergi," ucapnya ketakutan.

"Bawa aku mas, bawa aku, ke-ke-ke," ledek Uchul.

Uchul menutup matanya kirinya, diikuti mata kanannya, ia berkonsentrasi penuh, ia menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan, kemudian membuka mata kanannya. Ketika Uchul dan Ronggeng tersadar dan kembali ke dunia mereka, rupanya sudah ada Suro dan Wengi yang duduk dalam keadaan terborgol di kedua tangannya.

Sial! sial! sial! batin Ronggeng yang juga dalam keadaan terborgol.

"Sudah berapa lama?" tanya Uchul.

"Sekitar setengah jam, lu ga sadarkan diri," balas Dirga.

Uchul memperhatikan keadaan sekitar, "mana Tara dan Septa?" tanya nya.

Uchul juga bagian dari Unit Dharma, seperti Tara dan Septa yang berpasangan. Ia dan Tirta adalah tandem.

Dirga menjelaskan bahwa kedua Dharma itu melawan Wijayakusuma. Namun, menurut pengelihatan masa depannya, Wijayakusuma sedang menuju tempat Bapang, yang berarti Wijayakusuma menang telak dalam pertempuran melawan Tara dan Septa.

"Sial!" seru Tirta.

"Seandainya, gua pergi ke tempat mereka berdua--Wijayakusuma dan Bapang sudah pasti ada di tangan kita," sambungnya.

"Lalu, membuat Abet dan Anna berada dalam situasi berbahaya?" timpal Dirga.

Tirta hanya diam tak berkutik, ia merasa telah gagal sebagai polisi rahasia, karena telah membiarkan dua orang di dalam unitnya menghilang. Entah mereka masih hidup atau sudah mati, mengingat musuh mereka adalah seorang pembunuh bayaran.

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu membuat mereka semua menoleh ke arah pintu.

Seorang dengan pakaian yang rombeng dan penuh dengan luka, masuk ke dalam kafe,  ia langsung tumbang di lantai.

"Taraaaa!" teriak Tirta yang berlari menghampiri rekannya yang tampak sekarat.

Uchul mengejar dan menarik Tirta yang mencoba menghampiri Tara.

Petrus, batin Ronggeng.

Tirta menoleh ke arah Ronggeng. "Petrus?" tanya nya pada Ronggeng dengan raut wajah yang penuh dengan tanda tanya.

"Dirga!" teriak Uchul.

Dirga sebenarnya tak mengerti apa yang sedang terjadi. Namun, teriakan Uchul seolah berkata padanya. "Lihat sedikit ke depan!" Dirga mengaktifkan kemampuannya.

Mantra Coffee ClassicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang